Presiden Iran Sebut Israel Telah Melewati Garis Merah, PM Netanyahu Bilang Operasi Darat Terukur dan Masuk Akal
JAKARTA - Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan kejahatan Israel telah melewati garis merah, saat jumlah korban tewas d Jalur Gaza terus bertambah, menyindir dukungan Amerika Serikat, sedangkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menilai keputusan operasi darat terukur dan masuk akal.
Dalam unggahannya di media sosial Hari Minggu, Presiden Raisi mengatakan Israel telah melewati garis merah, yang bisa memaksa semua orang untuk mengambil tindakan.
“Kejahatan rezim Zionis telah melewati garis merah, yang mungkin memaksa semua orang untuk mengambil tindakan. Washington meminta kami untuk tidak melakukan apa pun, namun mereka tetap memberikan dukungan luas kepada Israel," kata Presiden Raisi dalam unggahannya, dilansir dari CNN 30 Oktober.
"AS mengirimkan pesan ke Poros Perlawanan namun menerima respons yang jelas di medan perang," kata Presiden Raisi.
Sementara itu, militer Israel diduga telah maju lebih dari dua mil dari perbatasan Gaza-Israel, seiring dengan keputusan Pemerintahan PM Netanyahu untuk memulai operasi darat ke Gaza, menurut analisa terhadap video yang diterbitkan media Israel.
Pasukan dalam video, yang diambil pada Hari Sabtu, terlihat memasang bendera Israel di atap sebuah hotel resor di Gaza. CNN melakukan geolokasi video tersebut ke area sekitar dua mil dari perbatasan Gaza-Israel.
"Tentara dari Batalyon 52 Brigade 401 mengibarkan bendera Israel di jantung kota Gaza, di tepi pantai," kata seorang tentara dalam video tersebut, yang diambil beberapa mil di utara pusat Kota Gaza.
"Kami tidak akan memaafkan atau melupakan, dan kami tidak akan berhenti sampai kemenangan," sambungnya.
Video tersebut dipublikasikan oleh surat kabar Israel, Israel Hayom. CNN telah meminta Pasukan Pertahanan Israel untuk mengomentari video tersebut, dan mengapa tentara memasang bendera Israel di atap hotel.
Terpisah, PM Netanyahu mengatakan, pasukannya telah menyeberang ke Jalur Gaza untuk melenyapkan militan Palestina Hamas, serta untuk membebaskan sandera yang ditahan usai serangan 7 Oktober, di mana sekitar 1.400 warganya tewas.
"Pasukan darat kami melewati gerbang Gaza untuk memasuki sarang kejahatan. Ini adalah perang dengan tujuan yang jelas, yaitu menghancurkan kekuatan Hamas dan mengembalikan para sandera," katanya dalam pidato yang disiarkan televisi, dikutip dari TASS.
PM Netanyahu berbicara bersama dengan Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan Benny Gantz, seorang pemimpin oposisi dan anggota kabinet perang.
Ia menekankan, keputusan untuk “memperluas operasi darat” di Gaza diambil dengan suara bulat oleh kabinet militer.
“Kami melakukannya dengan cara yang terukur dan masuk akal, karena kami bertanggung jawab atas nasib negara dan memiliki kewajiban untuk menjaga tentara kami. Para pejuang dan komandan yang sekarang berperang di wilayah musuh tahu, rakyat dan kepemimpinan mereka berada di belakang," katanya.
Baca juga:
- Salahkan Elite Intelijen Israel Soal Serangan Hamas, PM Netanyahu Minta Maaf Usai Dikritik Koalisi dan Oposisi
- Dubai Mulai Gunakan AI untuk Pantau Taksi, Bus dan Pengantar Barang
- Gedung Putih Sebut Rusia Eksekusi Tentaranya yang Tidak Taati Perintah atau Mundur Akibat Tembakan Ukraina
- Gedung Putih Akui Presiden Biden Kirim Pesan kepada Pemimpin Tertinggi Iran Khamenei
Hingga Hari Minggu, jumlah korban tewas di Gaza meningkat jadi 7.960 jiwa menurut Kementerian Kesehatan Palestina di Ramallah, mengutip data dari sumber-sumber di daerah kantong yang dikuasai Hamas.
Laporan kementerian menyebutkan, 73 persen dari jumlah mereka yang tewas berasal dari populasi rentan, termasuk anak-anak, perempuan dan orang lanjut usia. Selain itu, jumlah korban tewas termasuk 116 tenaga medis.
Angka-angka terbaru ini muncul ketika Israel perang dengan Hamas telah memasuki tahap berikutnya, setelah mereka memperluas operasi darat di daerah kantong tersebut.
"Perang di Gaza akan berlangsung lama," kata PM Netanyahu Hari Sabtu.