Review Film Five Nights at Freddy's: Horor Tingkat Dasar

JAKARTA - Sederet film horor akan meramaikan akhir bulan Oktober yang identik dengan perayaan Halloween. Salah satunya film Five Nights at Freddy's yang merupakan adaptasi dari video gim terkenal di kalangan pencinta gim.

Seperti video gimnya, film ini berfokus dengan cerita restoran pizza bernama Freddy Fazbear’s Pizza yang memiliki maskot yaitu beruang animatronik Freddy Fazbear. Para boneka animatronik yang menjadi ciri khasnya tidak hilang dari versi filmnya.

Film ini disutradarai Emma Tammi setelah mengalami pergantian sutradara. Proyek film yang diproduksi Blumhouse ini juga sudah diinisiasi sejak lama namun perilisannya baru dihadirkan pada tahun ini.

Film Five Nights at Freddy’s menceritakan Mike (Josh Hutcherson), seorang remaja yang mengalami kesulitan tidur setiap malam. Ia dibantu oleh obat-obatan dan rekaman suara alam agar bisa tertidur nyenyak.

Mike memiliki seorang adik bernama Abby (Piper Rubio) yang diduga mengalami halusinasi karena kerap bermain dengan teman-teman yang tidak bisa dilihat Mike.

>

Mike juga kesulitan mendapat pekerjaan setelah ia dipecat dari pekerjaan sebelumnya. Namun, ia harus berjuang mencari pekerjaan baru agar tetap mendapat hak asuh Abby dari pihak yang tidak diinginkan. Lalu, Mike menemukan pekerjaan sebagai penjaga malam di restoran yang terbengkalai: Freddy Fazbear’s Pizzeria.

Restoran Freddy Fazbear’s Pizzeria sudah tidak beroperasi lagi, tapi Mike hanya ditugaskan untuk menjaga monitor dan melihat jangan sampai ada yang masuk. Keanehan di Freddy Fazbear’s Pizzeria sudah terasa sejak malam pertama, ketika Mike mendengar suara asing.

Belakangan, Mike baru menyadari bahwa boneka animatronik dalam restoran itu bisa bergerak sendiri dan membahayakan siapa pun yang masuk.

Film Five Nights at Freddy’s dimulai dengan narasi yang umum dipakai dalam film horor lainnya. Adegan yang menjadi pembuka sekaligus kunci menuju adegan klimaksnya sudah dibocorkan dalam film ini.

Josh Hutcherson (Blumhouse Pictures)

Penonton memang tidak dibuat simpati terhadap karakter Mike. Karakter utama yang mengalami problematika dan menjalani hidup secara berulang membuat narasinya datar, tapi keseruan itu dimulai ketika Mike mulai bekerja di Freddy Fazbear’s Pizzeria.

Sosok Vanessa yang diperankan Elizabeth Lail juga tidak cukup mewarnai petualangan Mike. Ia tampil datar dan secara tidak sengaja selalu hadir ketika Mike membutuhkan pertolongan atau sekadar petunjuk.

Jika dibilang horor, sebenarnya Five Nights at Freddy's terhitung jinak lantaran tidak ada adegan yang benar-benar menampilkan kehororan itu. Misalnya, boneka animatronik itu mengancam, tapi mereka lebih menggunakan waktu dibandingkan kehororan pada ekspresi bonekanya.

Di sisi lain, desain produksinya sangat menarik dan penuh detail. Hal ini membuat penonton terus berfokus dengan berbagai detail pendukung seperti pemilihan warna lampu, kamera petugas keamanan, atau gerak-gerik keempat boneka: Freddy Fazbear, Bonnie, Chica, dan Foxy.

Film Five Nights at Freddy’s mungkin dibuat untuk menyasar para remaja mengingat rating film ini 13+. Terlalu banyak sub-plot yang ingin disampaikan sehingga fokus terhadap restoran pizzanya tergeser begitu saja.

Namun, boneka animatroniknya cukup menghidupkan suasana ketegangan yang dibuat setiap kali mereka melihat ada orang yang memasuki restoran tersebut.

Adapun, film Five Nights at Freddy’s bisa disaksikan di bioskop Indonesia.