Sempat Diisukan Longsor, Pembangunan Bendungan Ameroro Rampung Akhir 2023
JAKARTA - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menegaskan bahwa pembangunan Bendungan Ameroro di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara, masih terus berjalan dan ditargetkan rampung pada akhir 2023 ini.
Hal tersebut menanggapi isu Bendungan Ameroro yang disebut longsor pada September lalu. Basuki memastikan bendungan berkapasitas 98,81 juta meter kubik itu tidak roboh, tetapi merupakan bekas galian struktur sebelumnya.
"Nanti, pada akhir November (2023) Bendungan Ameroro akan diisi (impounding), supaya pada Desember (2023) bisa diresmikan," kata Menteri Basuki dalam keterangan tertulis yang diterima VOI, Selasa, 24 Oktober.
Basuki menyebut, tujuan utama pembangunan Bendungan Ameroro adalah untuk memperlancar pasokan air irigasi di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Bendungan tersebut dibangun untuk dapat mengairi lahan pertanian seluas 3,363 hektare (ha).
Dia menginstruksikan pembangunan bendungan diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya. "Dengan demikian, bendungan yang dibangun dengan biaya besar dapat memberikan manfaat yang nyata, yang mana air akan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi IV Kendari Kementerian PUPR Agus Safari memastikan juga bahwa reruntuhan di sekitar Bendungan Ameroro merupakan hasil galian struktur spillway. Spillway dalam bendungan berfungsi untuk mengatur tinggi permukaan air.
Agus menyebut, timbunan tanah hasil konstruksi spillway tersebut digunakan sebagai timbunan untuk akses jalan berat. Hal itu berguna untuk melindungi permukaan beton yang telah dibangun dan sebagai dudukan alat berat.
Baca juga:
Dia menambahkan, saat ini progres fisik Bendungan Ameroro telah mencapai 87,15 persen. "Bendungan Ameroro diproyeksikan dapat melayani air baku di Kabupaten Konawe sebesar 511 liter per detik dan mereduksi banjir hingga 443,34 meter kubik per detik," ungkapnya.
Selain itu, Bendungan Ameroro juga dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik dengan kapasitas 1,3 MW serta berpotensi menjadi salah satu obyek pariwisata di Kabupaten Konawe karena keindahannya.
Adapun bendungan tersebut mulai dikerjakan pada Desember 2020 silam dengan biaya APBN sebesar Rp1,6 triliun. Pembangunannya dilaksanakan dalam 2 paket pekerjaan, yakni Paket I oleh kontraktor PT Wijaya Karya-PT Sumber Cahaya Agung-PT Basuki Rahmanta Putra (KSO) dan Paket II PT Hutama Karya-PT Adhi Karya (KSO).