Dirut BSI Bandingkan Kinerja Bank Syariah dengan Konvensional, Ini Tiga Faktanya

JAKARTA - Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Hery Gunardi optimistis perseroan dapat tumbuh dan berkembang untuk bisa bersaing dengan lembaga perbankan konvensional yang telah lebih dulu menjadi pemain besar dalam industri ini.

Proyeksi tersebut dia ungkap berdasarkan kinerja terakhir perbankan syariah pada periode 2020. Menurutnya, lembaga syariah cenderung lebih mampu bertahan dan mencetak hasil positif dibandingkan konvensional yang tertekan cukup dalam.

“Walaupun dari sisi nilai aset syariah masih kalah, namun tren pertumbuhannya melebihi konvensional dengan catatan 9,8 persen secara year-to-date (ytd) hingga November 2020. Sementara pertumbuhan aset konvensional untuk periode yang sama sebesar 5,4 persen,” ujarnya dalam webinar Rabu, 20 Februari.

Hery menambahkan, kinerja yang paling kontras terlihat dari segmentasi kredit atau pembiayaan. Untuk konvensional tercatat kredit tumbuh minus 2,02 persen month-to-month (mtm) per November 2020. Sedangkan syariah berhasil meraih pertumbuhan positif 9,1 persen.

“Secara year-to-date syariah perkasa dengan pertumbuhan 7,3 persen dan konvensional minus 3,6 persen,” tuturnya.

Adapun dari sisi pengumpulan dana pihak ketiga (DPK), baik syariah maupun konvensional sama-sama meraih hasil positif. Kondisi ini disinyalir akibat kecenderungan nasabah yang menahan laju ekspansi dan penggunaan uang di masa pandemi.

Disebutkan bahwa DPK konvensional sebesar Rp6.275 triliun per November 2020 atau tumbuh 10,3 persen ytd. Adapun, syariah sebesar Rp474 triliun dengan pertumbuhan 11,3 persen dengan periode yang sama.

“Dengan memperhatikan hal tersebut, kami yakin BSI bisa menjadi pemain besar dalam industri keuangan di Tanah Air dan mampu menjadi motor pengembangan produk yang terintegrasi dengan ekosistem syariah nasional,” tutupnya.