Surya Airways Belum Bisa Terbang, Kemenhub: Ada Syarat yang Wajib Dipenuhi
JAKARTA - Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan memastikan maskapai baru Surya Airways belum dapat beroperasi untuk melayani penerbangan komersial. Sebab, masih banyak proses persyaratan yang wajib untuk dipenuhi maskapai tersebut.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara M. Kristi Endah Murni mengatakan untuk pembentukan maskapai baru, pengajuan izinnya perlu melalui serangkaian proses administrasi.
Lebih lanjut, Kristi menjelaskan proses tersebut merujuk pada aturan perundang-undangan yang berlaku yaitu Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara.
“Saat ini, maskapai tersebut sudah memiliki Sertifikat Standar Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal (SS-AUNB), namun wajib memenuhi seluruh persyaratan serta ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebelum beroperasi,” ucap Kristi, dalam keterangan resmi, Jumat, 20 Oktober.
Kristi mengungkapkan terdapat lima tahap prosedur penerbitan Sertifikat Operasi Angkutan Udara (AOC) terdiri dari tahap pra permohonan; tahap permohonan resmi; tahap evaluasi dokumen untuk pemenuhan regulasi; tahap inspeksi dan demonstrasi; dan tahap sertifikasi.
“Pengurusan penerbitan AOC pun memiliki jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari minimum tergantung dari kesiapan applicant dalam memenuhi tahapan yang berlaku,” jelasnya.
Setelah penerbitan AOC, sambung Kristi, calon maskapai baru diharuskan untuk mengajukan izin rute, serta Standar Operasional Prosedur pelayanan penumpang kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, sesuai ketentuan pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 35 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara.
Kristi mengatakan ketentuan terkait dengan penyampaian SOP pelayanan kepada pengguna jasa juga harus sesuai ketentuan pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 30 tahun 2021 tentang Standar Pelayanan Minimal Penumpang Angkutan Udara.
Untuk permohonan Penetapan Pelaksanaan Rute Penerbangan (PPRP) yang sudah ditetapkan, maskapai baru harus melampirkan:
- rute penerbangan yang telah ditetapkan dalam lampiran surat izin usaha;
- jadwal penerbangan (nomor penerbangan, jam keberangkatan dan kedatangan serta hari penerbangan) yang telah mendapat rekomendasi alokasi ketersediaan waktu terbang (slot time) pengelola/koordinator slot sesuai dengan jam operasi bandar udara;
- jenis dan tipe pesawat, utilisasi penerbang dan rotasi diagram pesawat udara yang dioperasikan;
- rencana kesiapan penanganan pesawat udara, penumpang dan kargo di bandar udara yang akan diterbangi; dan
- kemampuan teknis operasi bandar udara dari Direktorat teknis terkait.
Kewajiban Bagi Pelaku Usaha
Kristi mengatakan terdapat kewajiban pelaku usaha penyelenggaraan angkutan udara yang perlu dipenuhi. Berikut daftarnya:
- Melakukan kegiatan angkutan udara secara nyata paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak perizinan berusaha diterbitkan dengan mengoperasikan minimal jumlah pesawat udara yang dimiliki dan dikuasai sesuai dengan lingkup usaha atau kegiatannya;
- Memiliki pesawat udara dengan jumlah paling sedikit 1 (satu) unit dan menguasai paling sedikit 2 (dua) unit dengan jenis yang mendukung kelangsungan operasional penerbangan sesuai dengan rute yang dilayani;
- Mematuhi ketentuan wajib angkut, penerbangan sipil, dan ketentuan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
- Menutup asuransi tanggung jawab pengangkut dengan nilai pertanggungan sebesar santunan penumpang dan kargo angkutan udara niaga yang dibuktikan dengan perjanjian penutupan asuransi;
- Melayani calon penumpang secara adil tanpa diskriminasi atas dasar suku, agama, ras, antar golongan, serta strata ekonomi dan sosial.
Baca juga:
- British Airways Luncurkan Seragam Baru: Termasuk Jupmsuit serta Hijab, Uniform Lama Disumbangkan dan Didaur Ulang
- Terungkap! Nilai Sukuk Global Garuda Indonesia yang Ditunda Pembayarannya Capai Rp7,1 Triliun
- Konglomerat Chairul Tanjung Gelontorkan Rp317 Miliar, Tambah Kepemilikan Saham di Garuda Indonesia
- Menyerahkan laporan kegiatan angkutan udara, termasuk keterlambatan dan pembatalan penerbangan setiap bulan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya kepada menteri;
- Menyerahkan laporan kinerja keuangan yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik terdaftar yang sekurang-kurangnya memuat neraca, laporan rugi laba, arus kas, dan rincian biaya, setiap tahun paling lambat akhir bulan April tahun berikutnya kepada menteri;
- Melaporkan apabila terjadi perubahan, penanggung jawab atau pemilik badan usaha angkutan udara niaga, domisili badan usaha angkutan udara niaga dan kepemilikan pesawat udara kepada menteri;
- Memenuhi standar pelayanan yang ditetapkan.
“Setelah melalui prosedur panjang yang harus dilaksanakan, kami harapkan nantinya maskapai baru dapat bersaing sehat dengan maskapai nasional lainnya sehingga industri penerbangan di Indonesia terus meningkat,” ujarnya.