Jihad Islam Palestina Bantah Tuduhan Israel atas Pemboman RS di Gaza

JAKARTA - Gerakan Jihad Islam Palestina menolak tuduhan Israel mereka menyerang Rumah Sakit Al-Ahli Baptist di Gaza dengan roket yang salah sasaran hingga menewaskan ratusan korban.

Dilansir ANTARA dari Anadolu, Rabu, 18 Oktober, Jihad Islam Palestina mengatakan upaya Israel untuk menuding kelompok tersebut tidak berdasar.

Gerakan itu menegaskan mereka tidak menggunakan fasilitas umum, khususnya rumah sakit, untuk target militer.

Jihad Islam Palestina bersama dengan kelompok perlawanan lainnya di Gaza menyatakan komitmen untuk tidak menggunakan tempat ibadah, fasilitas umum, khususnya rumah sakit, pusat militer, atau penyimpanan senjata.

"Tuduhan Israel adalah upaya serius untuk menghindari tanggung jawab atas kejahatan semacam itu dan menjadikan rumah sakit lain sebagai target," kata Jihad Islam Palestina.

Menurut kelompok itu, Israel pernah melancarkan tuduhan serupa dan berusaha menjauhkan diri dari peristiwa pembunuhan jurnalis Al Jazeera, Shireen Abu Akleh, pada Mei 2022.

Lebih dari 500 korban tewas akibat serangan udara Israel di RS Al-Ahli Baptist pada Selasa (17/10), menurut pejabat Palestina di Gaza.

Namun, Israel membantah bertanggung jawab atas serangan udara itu.

Konflik di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023 ketika Hamas meluncurkan "Operasi Badai Al-Aqsa" terhadap Israel. Dalam serangan mendadak secara bersamaan dari segala arah itu, Hamas menembakkan roket dan menyusup ke Israel melalui darat, laut, dan udara.

Hamas menyebut serangannya itu sebagai balasan atas penyerbuan Israel ke Masjid Al-Aqsa di wilayah pendudukan Yerusalem Timur dan kekerasan yang meningkat terhadap warga Palestina oleh pemukim Israel.

Militer Israel kemudian meluncurkan "Operasi Pedang Besi" di Jalur Gaza dan memblokade penuh wilayah itu sehingga masyarakat setempat tidak mendapatkan akses listrik dan air, sementara air, makanan, bahan bakar, dan pasokan medis hampir habis.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera dilakukan untuk meringankan "penderitaan besar umat manusia.”

Sedikitnya 3.300 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di Gaza, sementara Israel mencatat kematian lebih dari 1.400 warganya.