Menko Airlangga Ungkap Cara Menjaga Resiliensi Perekonomian Nasional
JAKARTA - Neraca perdagangan Indonesia masih terus menunjukkan surplus selama 41 bulan berturut-turut sejak Mei 2020 hingga September 2023. Adapun pada kuartal III-2023, secara total neraca perdagangan barang Indonesia mencatat surplus sebesar 7,85 miliar miliar dolar AS.
Di sisi lain, Indonesia masih tetap mampu menunjukkan resiliensi, walaupun kondisi global turut mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan kemampuan ekonomi Indonesia mencatatkan pertumbuhan tinggi pada kuartal II tahun 2023 sebesar 5,17 persen (yoy).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk menjaga resiliensi perekonomian nasional, salah satunya melalui Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2023 tentang Satuan Tugas Peningkatan Ekspor.
Airlangga menambahkan pemerintah juga akan terus memanfaatkan secara optimal berbagai forum kerja sama ekonomi internasional untuk memperluas pasar ekspor produk-produk nasional
Selain itu, dorongan keberlanjutan terhadap kegiatan manufacturing value added atau nilai tambah supply chain dalam bentuk keberlanjutan hilirisasi.
“Pada Kepemimpinan Presidensi G20 dan tahun ini Keketuaan ASEAN, dua momentum ini merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk mendapatkan kepercayaan internasional atau international trust yang telah membuktikan kredibilitas Indonesia, dan juga Indonesia semakin diakui dan dihormati di dalam lingkup internasional karena Indonesia menghadirkan kepastian dan juga supply chain reliability,” ungkap Airlangga dalam keterangan yang diterima, Rabu 18 Oktober.
Baca juga:
Menurut Airlangga dengan posisi Indonesia yang saat ini semakin diperhitungkan, negara harus berani dalam mengambil pilihan kebijakan, contohnya kebijakan hilirisasi Sumber Daya Alam. Penutupan keran ekspor biji nikel sejak tahun 2020 terbukti telah menghasilkan nilai tambah ekspor nikel sebesar 33 miliar dolar AS atau sekitar Rp514 triliun pada tahun 2022.
Airlangga menambahkan Trade Expo Indonesia 2023 yang dilaksanakan secara hybrid harus mampu menjadi platform yang merepresentasikan output dari kebijakan Pemerintah di sektor perdagangan.
Adapun, perjanjian dagang dan ekonomi dalam bentuk PTA, FTA, maupun CEPA yang diharapkan dapat mencerminkan potensi transaksi dagang di TEI 2023.
“Target tahun ini harus diperbaiki. Di tahun ini pesertanya lebih besar dari tahun lalu, yakni 1.193 ribu pengunjung. Kemudian diharapkan ekspornya tentu bukan tadi yang disampaikan, target 10 miliar dolar AS, tetapi target tahun ini harus lebih tinggi dari capaian tahun lalu yang 15,8 miliar dolar AS,” tutur Airlangga.