Perkuat Komitmen Elektrifikasi, Stellantis dan Samsung Bangun Pabrik Baterai Kedua di Indiana
JAKARTA - Stellantis, bekerja sama dengan Samsung SDI, baru saja mengumumkan bahwa Kokomo, Indiana, AS, akan menjadi lokasi fasilitas manufaktur baterai kedua dalam kerangka usaha patungan antara kedua perusahaan ini, yang dikenal sebagai StarPlus Energy.
Lokasi ini akan menjadi pabrik besar StarPlus Energy kedua yang berada di wilayah Kokomo. Saat ini, konstruksi pabrik pertama sedang berlangsung dan dijadwalkan untuk mulai beroperasi pada awal tahun 2025 dengan kapasitas produksi mencapai 33 GWh per tahun.
Sementara itu, pabrik kedua diharapkan akan memulai produksinya pada awal tahun 2027 dengan kapasitas produksi mencapai 34 GWh per tahun. Kolaborasi antara kedua perusahaan ini melibatkan investasi lebih dari 3,2 miliar dolar AS atau sekitar Rp50 triliun, menciptakan 1.400 lapangan kerja baru.
Dengan demikian, usaha patungan ini telah mengalokasikan dana sebesar lebih dari 6,3 miliar dolar AS atau setara dengan Rp98,9 triliun untuk pembangunan kedua pabrik ini.
Mark Stewart, selaku Chief Operating Officer Stellantis North America, menyatakan bahwa pembangunan fasilitas ini merupakan landasan strategi elektrifikasi dari perusahaan multinasional tersebut.
"Kehadiran kendaraan bertenaga listrik (Battery Electric Vehicle, BEV) dalam merek-merek kami di Amerika Utara memainkan peran penting dalam upaya kami untuk menyediakan mobilitas yang bersih, aman, dan terjangkau bagi semua orang, sekaligus mencapai tujuan nol emisi karbon pada tahun 2038," kata Stewart dalam pernyataannya pada Rabu, 11 Oktober.
Pembangunan pabrik ini juga sejalan dengan rencana strategis Stellantis, Dare Forward 2030, yang bertujuan untuk mencapai penjualan 100 persen mobil penumpang bertenaga listrik (BEV) di Eropa dan 50 persen penjualan mobil penumpang serta truk ringan BEV di AS pada tahun 2030.
Baca juga:
Banyak pihak menganggap bahwa Stellantis sedang bergerak di jalur yang benar untuk menjadi perusahaan dengan emisi nol pada tahun 2038, dan untuk mencapai target ini, perusahaan perlu mengamankan kapasitas baterai sekitar 400 GWh.