KKP: China akan Berinvestasi dalam Proyek Percontohan Hilirisasi Rumput Laut di Wakatobi

BANDUNG - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) berencana memfasilitasi investasi untuk hilirisasi rumput laut dalam proyek percontohan (Modelling) di kawasan Wakatobi, Sulawesi Tenggara.

Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) KKP Budi Sulistiyo menyebut, adanya ketertarikan China untuk berinvestasi dalam proyek tersebut.

"Investor itu mereka baru menyampaikan ketertarikan, ya. Dalam proses ini seperti China," kata Budi kepada wartawan di Bandung, Jawa Barat, Rabu, 11 Oktober.

Budi mengatakan, tidak hanya China yang sudah menyatakan ketertarikannya untuk berinvestasi, tetapi ada investor dari dalam negeri juga.

"Investor dari dalam negeri juga menyampaikan ketertarikan. Mereka itu ada yang dari Surabaya, Makassar, dan Kendari. Cuman kalau nama belum bisa saya (sebutkan)," ujarnya.

Meski begitu, Budi belum dapat menjelaskan lebih lanjut berapa nilai investasi dari para investor tersebut. "Kalau nilai investasi, (China) sedang masa mencari," ucapnya.

Lebih lanjut, kata Budi, apabila proyek percontohan hilirisasi rumput laut di Wakatobi selesai secara keseluruhan, ditargetkan adanya perputaran ekonomi mencapai lebih dari Rp20 miliar.

"Iya, rencana proyeknya 500 hektare (ha), terus sekali panen 1 ha bisa menghasilkan 4 ton. Jadi, perputaran ekonominya bisa sekitar Rp20 miliar atau lebih dari itu. Nilai ekonomi itu dari pembenihan sampai dijual ke industri," tuturnya.

Sekadar informasi, Kabupaten Wakatobi disebutkan sebagai salah satu daerah penghasil rumput laut yang sangat potensial di Sulawesi Tenggara.

Sebagai gambaran, pada 2022, produksi rumput laut kering di daerah tersebut mencapai 3.951 ton.

Adapun potensi lahan yang tersedia seluas 5.236 ha dan tersebar di Pulau Wangi-Wangi, Kaledupa, dan Tomia.

Sehingga, KKP memberikan dukungan modelling usaha rumput laut dengan mengintegrasikan ekosistem dari hulu ke hilir di kawasan tersebut.

Hilirisasi dimulai dari penanganan pascapanen yang baik, modernisasi pengeringan, packaging, pengaturan tata niaga, hingga penyediaan sarana dan prasarana pendukung lainnya.

Dari kegiatan tersebut, nantinya diharapkan dapat menghasilkan rumput laut kering sesuai standar bahan baku industri.

"Indonesia bisa menjadi pemain rumput laut dunia yang handal, karenanya diperlukan sinergitas antar stakeholders untuk bergerak dan maju bersama," kata Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Budi Sulistiyo melalui keterangan tertulisnya, Kamis, 20 Juli.