Efektivitasnya Hanya 22 Persen, Afrika Selatan Tangguhkan Penggunaan Vaksin COVID-19 AstraZeneca

JAKARTA - Otoritas Afrika Selatan untuk sementara menangguhkan program vaksinasi COVID-19, setelah sebuah penelitian menemukan bahwa vaksin AstraZeneca mungkin tidak efektif melawan varin virus yang baru.

Hasil ini didapat dari studi yang dilakukan oleh Universitas Witwatersrand di Johannesburg, bahwa vaksin lansiran Inggris tersebut hanya memberikan perlindungan terbatas pada kondisi sakit sedang yang disebabkan oleh COVID-19 varian Afrika Selatan pada orang dewasa muda. 

Kendati demikian, hasil penelitian ini memang belum mendapat tinjauan dari peneliti atau studi lain yang berwenang.

"Ini masalah sementara. Kami harus menangguhkan vaksin Astrazeneca sampai kami menyelesaikannya," kata Menteri Kesehatan Zweli Mkhize pada konferensi pers online, Minggu 7 Februari melansir Euronews.

Menurut hasil awal, vaksin hanya 22 persen efektif melawan bentuk virus sedang. Belum ada hasil yang tersedia mengenai keefektifannya terhadap bentuk parah.

Tertinggal dalam perlombaan vaksin global, Afrika Selatan, yang secara resmi negara yang paling parah terkena dampak di benua itu dengan lebih dari 1,5 juta kasus dan lebih dari 46.000 kematian, menerima pengiriman pertama dari satu juta vaksin pada Hari Senin. Pengiriman 500.000 dosis tambahan diharapkan terjadi pada Bulan Februari.

Semuanya adalah vaksin AstraZeneca/Oxford yang diproduksi oleh Serum Institute of India dan dosis pertama dimaksudkan untuk diberikan kepada 1,2 juta pekerja kesehatan di negara itu.

"Dalam empat minggu ke depan, kami akan mendapatkan vaksin Johnson & Johnson dan Pfizer", kata Mkhize.

"Diskusi dengan laboratorium lain juga sedang berlangsung, khususnya dengan Moderna dan produsen vaksin Rusia Sputnik V", tambahnya.

Sebelumnya, Otoritas Afrika Selatan baru-baru ini mengumumkan bahwa dia telah mencadangkan 20 juta dosis vaksin COVID-19 Pfizer/BioNTech.