JAKARTA - Tim peneliti di Inggris meluncurkan ujicoba tanggapan kekebalan yang dihasilkan, dari penggabungan vaksin COVID-19 lansiran Pfizer dan AstraZeneca Plc dalam dua jadwal suntikan.
Selain itu, tujuan dari memvaksinasi orang dengan dua jenis vaksin ini, untuk mengetahui apakah vaksinasi dapat dilakukan dengan lebih flesibel di seluruh dunia. Nantinya, data awal dari ujicoba ini diharapkan bisa dihasilkan pada Juni 2021 mendatang.
Uji coba tersebut akan memeriksa respons imun dari dosis awal vaksin Pfizer yang diikuti oleh vaksin AstraZeneca. Begitu pula sebaliknya, dengan interval 4 dan 12 minggu.
Baik suntikan mRNA yang dikembangkan oleh Pfizer-Biontech dan vaksin vektor virus adenovirus yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca, saat ini sedang diluncurkan di Inggris dengan jeda 12 minggu antara dua dosis vaksin yang sama.
Tim peneliti berharap, nantinya mereka bisa mencoba lebih banyak vaksin COVID-19, setelah mendapat otoritas pemakaian dan diluncurkan secara resmi.
"Perekrutan untuk studi ini dimulai pada Kamis, dengan lebih dari 800 peserta diharapkan untuk ambil bagian. Ini jauh lebih kecil daripada uji klinis yang telah digunakan untuk menentukan kemanjuran vaksin secara individual," kata para peneliti seperti melansir Reuters.
Menariknya, ujicoba ini mencari orang yang berusia di atas 50 tahun, yang memiliki risiko lebih tinggi dari pada orang yang lebih muda dan belum mendapatkan vaksinasi.
Selain itu, percobaan ini tidak akan menilai kemanjuran keseluruhan dari kombinasi suntikan, tetapi para peneliti akan mengukur respon antibodi dan sel-T, serta memantau setiap efek samping yang tidak terduga.
BACA JUGA:
Ahli vaksinasi Oxford yang memimpin ujicoba kali ini Matthew Snape mengatakan, hasil awal dapat menginformasikan penerapan vaksin pada paruh kedua tahun ini.
"Kami akan mendapatkan beberapa hasil, kami perkirakan, pada bulan Juni atau sekitar itu akan menginformasikan penggunaan dosis penguat di masyarakat umum," katanya kepada wartawan.