Ekonomi Indonesia 2020 Minus 2,07 Persen, Airlangga: Sinyal Perbaikan Sudah Terlihat

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2020 menunjukan sinyal positif menuju pemulihan, meskipun masih berada di zona negatif. Menurut dia, sinyal positif ini terjadi karena adanya intervensi pemerintah.

"Saya ingin menyampaikan bahwa kita lihat secara year on year (yoy) perekonomian Indonesia terkontraksi sebesar minus 2,07 persen di 2020. Kita melihat sinyal positif pemulihan ekonomi sudah terlihat di triwulan ke IV. Tentu ini akan terus diperhatikan perbaikan ini tentu tidak lepas dari intervensi yang dilakukan oleh pemerintah," tuturnya, dalam video conference di Jakarta, Jumat, 5 Februari.

Adapun perekonomian Indonesia di kuartal IV 2020 minus 2,19 persen. Dengan demikian perekonomian Indonesia berada dalam fase resesi. Adapun secara kuartalan, ekonomi tumbuh sebesar minus 0,42 persen dibanding dengan kuartal III 2020 yang sebesar 3,49 persen. 

Airlangga mengatakan, intervensi yang dilakukan pemerintah dalam rangka penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi nasional berhasil meningkatkan konsumsi pemerintah yang mencapai 1,76 persen secaya year on year atau secara tahunan.

Adapun realisasi program penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi mencapai Rp579,8 triliun atau setara dengan 94,6 persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2020.

"Ini meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk konsumsi sehingga konsumsi rumah tangga terkontraksi sebesar minus 3,61 secara year on year dan tumbuh positif secara 0,49 persen secara kuartal per kuartal dibandingkan triwulan sebelumnya," ucapnya.

Seperti diketahui, di kuartal II 2020 perkonomian Indonesia terkontraksi sangat dalam yakni 5,32 persen. Kemudian, di kuartal III 2020 ekonomi menunjukkan perbaikan, kontraksi menurun yakni 3,49 persen dan pada kuartal IV 2020 minus 2,19 persen secara tahunan.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi 2,07 persen sepanjang 2020. Ini akibat pertumbuhan negatif pada tiga kuartal akhir beruntun yang menyebabkan Indonesia masih terpuruk di jurang resesi.

Sebelumnya, Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan pertumbuhan triwulan keempat memang masih mengalami kontraksi 2,19 persen, tetapi jika dibandingkan kuartal sebelumnya, pertumbuhan ini menunjukkan perbaikan.

"Ada perbaikan meski belum sesuai harapan, oleh karena itu kita perlu melakukan evaluasi apa yang perlu diperkuat," ujar Suhariyanto, Jumat, 5 Februari.