Presiden Bank Dunia Kunjungi Rehabilitasi Mangrove di Banten

JAKARTA - Presiden Bank Dunia Ajay Banga bersama istrinya Ritu Banga mengunjungi rehabilitasi mangrove yang berada di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Tangerang, Banten.

“Kami sangat senang bisa datang ke sini untuk melihat regenerasi mangrove yang sangat penting bagi ekologi kita,” katanya dalam keterangan dikutip ANTARA, Senin, 4 September.

Anjay Banga melihat langsung upaya rehabilitasi mangrove yang telah dilakukan oleh perusahaan pelat merah PT Perhutani dan Kementerian LHK.

Ia senang bisa datang ke lokasi itu untuk melihat regenerasi mangrove yang sangat penting bagi perbaikan ekologi juga kesejahteraan masyarakat.

“Mangrove menyerap lebih banyak karbon bahkan daripada pohon-pohon lain. Di sisi lain, ekosistem mangrove juga terbukti memberikan mata pencaharian bagi orang-orang yang bergantung pada mangrove untuk hidup yang lebih baik,” katanya.

Dia juga kagum kepada para perempuan yang mampu mengolah mangrove menjadi aneka produk olahan, seperti batik mangrove, makanan ringan, hingga sirup yang bisa membantu peningkatan perekonomian keluarga mereka.

Menurutnya, mangrove tidak hanya untuk berfungsi mencegah erosi tanah, namun juga berperan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di sekitarnya.

"Kami baru saja melihat di sini para wanita yang luar biasa menggunakan produk-produk mangrove untuk membuat kehidupan yang mandiri,” kata Anjay.

Lokasi Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga yang menjadi obyek kunjungan Presiden Bank Dunia sebelumnya merupakan areal pesisir pantai bekas tambak yang ditinggalkan yang kemudian menyebabkan area itu mengalami abrasi sejauh tiga meter per tahun.

Kegiatan rehabilitasi mangrove yang dilakukan selama beberapa tahun terakhir membuat wilayah itu tidak lagi mengalami abrasi.

Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar mengaku bangga atas kekaguman Presiden Bank Dunia melihat upaya rehabilitasi mangrove yang sedang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia yang salah satunya didanai oleh Bank Dunia.

Hutan Mangrove Indonesia merupakan kawasan hutan mangrove terluas di dunia yang mencapai 3,36 juta hektare mencakup lebih dari 24 persen dari total luas mangrove dunia.

Menteri LHK mengungkap terdapat 3,14 miliar ton karbon biru yang tersimpan di hutan bakau yang menjadi bagian dari upaya Indonesia berkontribusi pada dunia untuk mengurangi gas rumah kaca.

Ekosistem pesisir hutan mangrove mendukung kehidupan manusia dengan mengurangi dampak gelombang dan cuaca ekstrim, melindungi pantai dari abrasi, mencegah abrasi, mencegah intrusi air laut, menjadi sumber makanan, rumah keanekaragaman hayati, menyaring polutan, dan mendukung mata pencaharian.

 

Indonesia telah memiliki lembaga khusus untuk pelaksanaan rehabilitasi mangrove, yaitu Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) yang telah dibentuk dengan Peraturan Presiden.

Lembaga itu memiliki mandat khusus untuk melakukan percepatan rehabilitasi 600.000 hektar ekosistem mangrove.

Program rehabilitasi mangrove di Indonesia telah berhasil meningkatkan ekonomi serta ketahanan lingkungan dan sosial masyarakat. Total luas area penanaman mangrove melalui program padat karya ini seluas 17.000 hektare yang tersebar di 34 provinsi pada tahun 2020 dan 83.000 hektare pada tahun 2021.

Atas keberhasilan ini, Pemerintah Indonesia bersama Bank Dunia menggagas Program Mangrove for Coastal Resilience (M4CR) atau Mangrove untuk Ketahanan Pesisir yang meliputi seluruh aspek dari konteks pengembangan kebijakan hingga rehabilitasi di tingkat lapangan.

Total pendanaan program M4CR adalah melalui hibah sebesar sekitar 19 juta dolar AS dalam tahap pelaksanaan program dan berupa pinjaman sebesar 400 juta dolar AS yang saat ini dalam proses pencairan.