PIS dan Pelindo Kembangkan JIGT, Wamen Ingatkan Soal EPC
JAKARTA - PT Pertamina International Shipping dan PT Pelabuhan Indonesia (Persero) akan bekerja sama mengembangkan Jakarta Integrated Green Terminal (JIGT) Kalibaru.
Pembangunan terminal hijau ini digadang-gadang akan menelan biaya antara 350 juta hingga 550 juta dolar AS dengan tiga tahap pembangunan dan berkapasitas 6,3 juta barel.
Menanggapi hal ini, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengingatkan manajemen kedua perusahaan pelat merah tersebut mengenai pengembangan dan project management khususnya Engineering Procurement Construction (EPC).
Ia mengatakan jika dirinya baru saja menyerahkan laporan keuangan perusahaan BUMN kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Penyerahan laporan ini menyusul banyak perencanaan dan proses EPC yang tidak rapi dan menimbulkan kasus hukum.
"Karena dari BPK banyak sekali case terkait EPC di BUMN, PLN, Pertamina, Inalum, banyak sekali project kita di design stagenya tidak rapi dan akhirnya bermasalah," ujar Tiko yang dikutip Sabtu 2 September.
Untuk itu dirinya mewanti-wanti PIS dan Pelindo untuk benar-benar memperhatikan proses perencanaan dan EPC.
"Tolong nanti betul-betul, siapapun yang ditunjuk sebagai kontraktor ini proses perencanaan dan EPC proses perencanaan dan kontraknya dengan baik, jangan sampai seperti kasus-kasus di masa lalu yang banyak sekali bermasalah," lanjut Tiko.
Tiko juga meminta keduanya memperhitungkan fleksibilitas kontrak, perhitungan biaya, teknikal spek harus disusun dengan rapi dan penuh kehati-hatian.
"Sehingga tidak lagi isu EPC. Kita juga punya masalah di beberapa project kita karena perencanaan dan kontrakting kita nggak tepat akhirnya proyeknya jadi tertunda dan akhirnya punya masalah hukum," beber Tiko.
Baca juga:
Mantan Dirut Bank Mandiri ini kemudian memberi contoh proyek pembangunan Smelter Freeport di Gresik yang menjadi salah satu best practice EPC dan telah rampung dikerjakan. Dalam pembangunan tersebut, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) berpartner dengan Chiyoda International Indonesia untuk kegiatan EPC Smelter Manyar.
"Ini bisa menjadi best practice bagaimana kita mengembangkan project besar dengan perencanaan, komersial agreement dan legal agreement dan eksekusi di lapangan yang baik dan rapi," pungkas Tiko.