Uni Afrika Tangguhkan Keanggotaan Gabon Usai Kudeta Militer
JAKARTA - Dewan Perdamaian dan Keamanan Uni Afrika mengutuk langkah militer Gabon yang mengambil alih kekuasaan usai Pemilu yang kembali dimenangkan petahana Ali Bongo, memutuskan untuk menangguhkan keanggotaan Gabon dari seluruh aktivitas Uni Afrika (AU).
"Memutuskan untuk segera menangguhkan partisipasi Gabon dalam semua kegiatan AU, badan dan lembaganya sampai pemulihan tatanan konstitusional di negara tersebut," tulis badan tersebut di akun Twitternya seperti dikutip 1 September.
Pengumuman tersebut disampaikan setelah pertemuan dewan mengenai situasi di Gabon usai kudeta Hari Rabu, yang terjadi setelah Pemilu yang disengketakan di mana Bongo dinyatakan sebagai pemenangnya.
Pertemuan tersebut dipimpin oleh komisaris urusan politik Uni Afrika, Bankole Adeoye dari Nigeria dan pemegang ketua bergilir dewan saat ini, Willy Nyamitwe dari Burundi.
Pada Hari Rabu, Ketua Komisi Uni Afrika Moussa Faki Mahamat, meminta tentara dan pasukan keamanan Gabon "untuk menjamin integritas fisik Bongo", yang menurut para pemimpin kudeta telah ditempatkan di bawah tahanan rumah, seperti mengutip The Guardian.
Faki juga mengutuk kudeta tersebut dan mengatakan peristiwa di Gabon merupakan “pelanggaran mencolok” terhadap instrumen hukum dan politik Uni Afrika yang bermarkas di Addis Ababa.
"Mendorong semua aktor politik, sipil dan militer di Gabon untuk memilih jalur politik damai yang mengarah pada pemulihan cepat tatanan konstitusional demokratis di negara tersebut," cuitnya di Twitter.
Sementara itu, oposisi utama Gabon mendesak para pemimpin militer untuk menyimpulkan penghitungan suara pemilu, mengakui kandidat mereka memenangkan pemilu yang disengketakan tersebut.
Koalisi Alternance 2023 juga mengatakan, pihaknya mengundang pasukan keamanan untuk mengambil bagian dalam diskusi "untuk mengatasi situasi dalam kerangka patriotik dan bertanggung jawab".
Juru bicara koalisi Mike Jocktane mengatakan, anggota pasukan keamanan telah dikerahkan di setiap TPS dan mengawasi pengangkutan kotak suara.
Dengan demikian, mereka adalah "saksi pertama” dari “kemenangan nyata" kandidat oposisi utama Albert Ondo Ossa, katanya.
Pengumuman kudeta pada Rabu pagi terjadi hanya beberapa saat setelah pengawas pemilu nasional menyatakan Bongo memenangkan masa jabatan ketiga dengan meraup 64,27 persen suara. Sedangkan Ondo Ossa hanya meraih 30,77 persen suara.
Diketahui, awal bulan ini Uni Afrika mengambil tindakan serupa dengan membekukan Niger, setelah kudeta di negara Afrika barat itu pada Bulan Juli yang menggulingkan presiden terpilih Mohamed Bazoum.