Skema Baru Peleburan Maskapai BUMN, Erick Thohir: Garuda Tetap Premium Lalu Citilink-Pelita Air Dimerger
Skema Baru Peleburan Maskapai BUMN, Erick Thohir: Garuda Tetap Premium Lalu Citilink-Pelita Air Dimerger
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memastikan jika hanya Citilink Indonesia dan Pelita Air Service yang akan dimerger oleh Kemneterian BUMN. Sementara itu kata Erick, maskapai Garuda Indoneia tetap akan menjadi maskapai kelas premium.
"Kan nanti Garuda tetap di premium lalu Citilink sama Pelita merger," ujarnya kepada media usai Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR RI, Kamis, 31 Agustus.
Nantinya maskapai Pelita Air akan melayani ekonomi premium dan Citilink akan melayani Low Cost Carrier (LCC).
Terkait penyelesaian merger, Erick mengatakan jika peleburan kedua entitas ini akan dilakukan tergantung pada pembukuan masing-masing perusahaan.
"Kalau tahun ini ya tahun ini. Kalau tidak awal tahun depan," lanjut Erick.
Erick menilai merger dapat membuat industri penerbangan menjadi lebih kuat dan efisien. Ia mengungkapkan industri penerbangan di dalam negeri masih perlu diperkuat, salah satunya terkait armada.
Erick Thohir menyebut jumlah armada yang ada di tanah air masih kurang. Indonesia hingga saat ini masih kekurangan 200 pesawat, menurut Erick Thohir. Kekurangan armada tersebut dihitung dari perbandingan antara Amerika Serikat (AS) dan Indonesia.
Di negara AS, terdapat 7.200 pesawat yang beroperasi untuk rute domestik. Penduduk di sana mencapai 300 juta populasi dengan rata-rata GDP (pendapatan per kapita) mencapai 40 ribu dolar AS.
Baca juga:
Sementara di populasi Indonesia terdapat 280 juta penduduk dengan GDP 4.700 dolar AS. Menurut Erick, masih dibutuhkan lebih dari 100 armada pesawat untuk penerbangan di tanah air.
"Total pesawat di Amerika 7.200 anggap kita 10 persennya 720. Hari ini 550 artinya kalau menggabungkan Pelita dan Citilink plus Garuda aja 140-an," beber Erick Thohir.
Terkait pengaruh peleburan Pelita Air dan Citilink terhadap harga Tiket, Erick berpendapat jika proses ini tidak serta merta menurunkan harga pesawat.
"Enggak bisa cepat. Kalau pesawat nambah, kompetisi terbuka ya tiketnya menurun. Hari ini kan terjadi kita hanya bisa kontrol 35 persen swasta," pungkas Erick.