Program SMKN di Jawa Tengah Memang Perlu Dinasionalkan
JAKARTA - 30 Agustus kemarin, Ganjar Pranowo mendampingi Presiden Joko Widodo untuk meninjau SMK Negeri Jawa Tengah (SMKN Jateng). Sekolah kejuruan gratis inisiatif dan gagasan Ganjar Pranowo sejak 2014 yang diperuntukkan bagi siswa dari keluarga tak mampu.
SMKN Jateng sebelumnya merupakan Balai Latihan Kerja (BLK) yang kemudian diubah menjadi sekolah kejuruan. SMK ini memiliki sarana dan prasarana yang sudah lengkap seperti keberadaan ruang kelas, ruang praktek dan peralatan.
Jokowi menyebut SMKN Jateng jauh lebih baik dibanding SMK di provinsi-provinsi lain. “Kalau saya melihat SMK di Provinsi yang lain, ini juga jauh lebih bagus. Mesin-mesinnya, sampai ke CNC (Computer Numerical Control), semua mesin dasar, sampai CNC semuanya ada.” kata Jokowi.
Inisatif dalam bentuk program pembangunan SMK Negeri telah dilakukan di dua daerah lain yaitu Pati dan Purbalingga. 3 SMKN Jateng tersebut telah meluluskan 1.837 siswa sejak 2014. Pola Link and Match juga digunakan dalam bentuk kerjasama dengan banyak perusahaan.
Kerjasama ini memungkinkan lulusan langsung terserap ke dunia kerja dan adanya fasilitas beasiswa untuk belajar ke luar negeri. Program SMKN Jateng ini merupakan inisiatif bagus untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja dan mengantisipasi kebutuhan industri.
Boedi Rheza, peneliti CYPR menyampaikan bahwa gagasan seperti ini sudah seharusnya sejak lama dilakukan oleh gubernur lain sejak otonomi daerah diterapkan. Otonomi Daerah memungkinkan kepala daerah untuk membuat inisiatif dan inovasi serupa.
Baca juga:
Ia juga menyampaikan apresiasi terhadap apa yang dilakukan oleh Ganjar Pranowo. “Saya kira, program yang dilakukan oleh Pak Ganjar Pranowo adalah satu langkah maju dalam dunia pendidikan. Tidak semua gubernur dapat memikirkan inisiasi seperti ini.” kata dia.
Ia juga mengatakan bahwa program ini dapat direplikasi di daerah lain, terutama yang memiliki tingkat pengangguran tinggi.
“Dunia usaha sangat membutuhkan tenaga kerja handal dan berkualitas. Jangan sampai ketika ada perusahaan atau industri yang ingin melakukan usaha namun kebingungan mencari tenaga kerja yang sesuai. Akhirnya justru mengambil tenaker dari luar daerah," tambahnya.
Ia juga mengatakan bahwa jangan sampai penduduk lokal justru tidak menikmati kehadiran industri di daerahnya karena kualitas tenaga kerja setempat yang rendah.
Pola link and match yang digunakan untuk menyalurkan para lulusan untuk dapat langsung bekerja juga mendapatkan dukungan dari peneliti yang memiliki perhatian terhadap isu kependudukan.
“Apa yang dilakukan Pak Ganjar Pranowo, dengan menggunakan link and match dengan industri dapat mempercepat penyaluran lulusan dan tidak menambah pengangguran.” imbuhnya.
Selain 3 sekolah yang telah didirikan, Ganjar Pranowo telah menambah 15 SMK semi boarding yang tersebar di 15 kabupaten untuk menampung siswa unggul dari keluarga miskin. 15 sekolah ini dinamakan SMK Semi Boarding karena 30 siswa yang lolos seleksi dapat belajar dengan siswa reguler meskipun mereka tinggal di asrama.
“Program ini seharusnya dapat direplikasi di daerah lain. Semua tergantung political will dari Kepala Daerah untuk memajukan dunia pendidikan dan meningkatkan kualitas tenaga kerja. Tanpa adanya political will yang kuat, tidak mungkin program seperti ini dapat dijalankan. Saya kira, pada level Gubernur, baru Pak Ganjar Pranowo saja yang memiliki inisiatif bagus seperti ini.” tandasnya.