Mampukah Teknologi Kecerdasan Buatan Temukan Solusi Melawan COVID-19?

JAKARTA - Wabah COVID-19 masih hangat diperbincangan dunia, pasalnya virus ini berkembang sangat cepat dan sulit untuk menemukan obat penyembuhnya maupun mendeteksi secara dini. Namun, para ilmuwan menyadari bahwa kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dapat membantu menemukan solusinya di masa depan.

Melansir Bloomberg, Minggu 23 Februari, meskipun sudah terlambat bagi AI untuk memainkan peran utama dalam epidemi saat ini, ilmuwan percaya ada sepercik harapan untuk mendeteksi wabah selanjutnya.

AI dinilai pandai menyisir gundukan data untuk menemukan koneksi yang membuatnya lebih mudah menentukan cara perawatan apa yang bisa bekerja untuk sebuah wabah penyakit atau percobaan yang harus dilakukan selanjutnya.

Pertanyaannya adalah bagaimana AI dapat bekerja jika informasi yang muncul hanya sedikit seperti kasus COVID-19 yang pertama kali muncul akhir tahun lalu di China, dan telah membuat lebih dari 75.000 orang terjangkit sekitar dua bulan saja.

Adalah Exscientia Ltd, startup asal Inggris yang dipimpin oleh Andrew Hopkins yang bekerja untuk membantu melatih kecerdasan buatan untuk penemuan obat. Ia memperkirakan perawatan baru dapat berubah dari konsep menjadi pengujian klinis hanya dalam 18 hingga 24 bulan pada dekade berikutnya. Semua ini berkat AI.

Exscientia bekerja merancang senyawa baru untuk mengobati gangguan obsesif-komplusif yang siap diuji di laboraturium setelah kurang dari satu tahun, dalam fase penelitian awal. Menurut perusahaan, hal ini sekitar lima kali lebih cepat dari rata-rata.

Sedangkan Helax, startup yang berbasis di Cambridge memiliki pendekatan yang serupa untuk menggunakan AI dalam menemukan kegunaan baru sebuah obat yang ada. Kedua perusahaan ini memberi makan AI mereka dengan informasi yang diperoleh dari sumber seperti jurnal, database biomedis dan uji klinis, untuk membantu menyarankan pengobatan sebuah penyakit atau wabah baru.

Neil Thompson, kepala petugas sains di Helax mengatakan teknik ini dapat digunakan untuk melawan wabah seperti COVID-19 asalkan memiliki cukup data pada kasus itu.

"Kami cukup dekat. Kami tidak perlu banyak mengubah tentang algoritma AI yang kami gunakan. Kami melihat pencocokan sifat obat dengan fitur penyakit," ungkap Thompson dalam sebuah wawancara.

Algoritma kecerdasan buatan sudah mulai mengungkapkan sebuah obat untuk penyakit COVID-19. Para peneliti di Massachusetts Institute of Technology mengatakan bahwa mereka telah menggunakan metode ini untuk mengidentifikasi senyawa antibiotik baru. Penawar itu dipercaya dapat membunuh berbagai bakteri yang menyusahkan bahkan sekalipun yang sulit dimusnahkan.

Semua teknologi ini adalah pengujian klinis, bahkan obat yang sudah aman digunakan pun harus diuji lagi sebelum diberikan kepada orang yang terjangkit. Agar efektif, pengembang obat berbasis kecerdasan buatan ini harus direncanakan matang-matang, yakni memilih genom virus yang mungkin menyebabkan masalah di kemudian hari.

>

Sementara itu, startup lain BlueDot berbasis di Canada merupakan salah satu penganut AI yang juga telah mengembangkan sistem cerdas dengan menyaring data tentang manusia untuk menentukan peluang terjadinya penyakit. Platform AI dari BlueDot adalah salah satu kemajuan teknologi terbaru yang menggunakan analisis data untuk memetakan dan mencegah penyakit.

Menariknya, BlueDot meramalkan pandemi SARS beberapa tahun silam dan ternyata benar terjadi. Wabah SARS datang dengan efek yang menghancurkan dan merenggut nyawa hampir 1.000 orang.

Peringatan wabah tentang COVID-19 pada Desember 2019 lalu merupakan bukti lain yang membuktikan kuatnya sifat teknologi AI itu. Tak beberapa lama, kemudian menjadi kenyataan ketika wabah tersebut tersebar luas pada 2 Februari 2020.

Sebagai informasi, BlueDot menggunakan salah satu alat Natural Language Processing (NLP) untuk melacak penyakit dengan beberapa perusahaan yang berhasil mendeteksi penyakit di seluruh dunia.

Misalnya saja, BlueDot menganalisis bahasa manusia di seluruh dunia dan menggunakan informasi tersebut untuk membantu mereka memperkirakan wabah penyakit. Pembelajaran mesin adalah teknologi lain yang digunakan oleh BlueDot dengan algoritma yang menawarkan informasi terbaru tentang kemungkinan timbulnya sebuah penyakit.

Meski AI dapat membantu pendeteksian atau pencegahan, sebaiknya Anda juga perlu mengetahui bagaimana tanda-tanda jika orang di sekitar Anda terjangkit COVID-19. Berikut ini adalah tanda-tanda umum COVID-19 menurut World Health Organization (WHO):

1. Masalah pernapasan

2. Batuk berlebih

3. Demam tinggi

4. Menunjukkan masalah pernapasan seperti sesak nafas

>

Jika melihat hal itu, sebaiknya Anda memiliki tindakan pencegahan seperti, menutup hidung dan mulut selama bersin, memasak makanan dengan baik seperti daging harus benar-benar matang jangan dimakan bila masih berwarna merah, mencuci tangan sebelum makan dan sehabis berpergian. Terakhir, hindari kontak dengan mereka yang terinfeksi atau menunjukkan tanda-tanda.