Sri Mulyani: Inovasi Pembiayaan Kunci Pembangunan Ramah Lingkungan
JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan bahwa inovasi pembiayaan menjadi kunci penting untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Menurut dia, berbagai kebijakan fiskal termasuk insentif pajak pun berperan sebagai instrumen katalisator untuk mendorong daya tarik investasi hijau di bidang efisiensi energi.
"Melalui insentif fiskal dan inovasi instrumen pembiayaan, kita punya kekuatan untuk membuka jalan bagi perubahan yang berkelanjutan," ujarnya dalam seminar Energy Efficient Mortgage (EEM) Development Throughout ASEAN Countries seperti yang dilansir laman resmi hari ini, Rabu, 23 Agustus.
Menkeu menjelaskan, pemerintah Indonesia terus mendayagunakan APBN untuk mendukung berbagai proyek terkait isu perubahan iklim. Kata dia, sejumlah upaya telah dilakukan antara lain melalui Penandaan Anggaran Perubahan Iklim/Climate Budget Tagging (CBT) serta peluncuran green sukuk, green bonds, blue bonds, dan SDG bonds.
"Kita juga mengeluarkan sejumlah insentif fiskal untuk menarik investasi swasta dalam proyek dan industri hijau. Antara lain seperti tax holiday, tax allowance, serta berbagai fasilitas dalam PPN, pajak impor, dan pajak properti," tuturnya.
Meski demikian, sambung Menkeu, diperlukan lebih banyak usaha menuju pembangunan ramah lingkungan dengan tantangan yang berkembang saat ini.
"Hambatan finansial, yang ditandai dengan tingginya biaya di muka dan terbatasnya akses permodalan membayangi jalan menuju pembangunan gedung dan infrastruktur berkelanjutan dengan prinsip efisiensi energi," tegasnya.
Baca juga:
Lebih lanjut, Menkeu menuturkan berdasarkan data IFC, wilayah Asia Pasifik membutuhkan investasi sebesar 17,8 triliun dolar AS. Sementara di Indonesia sendiri diperkirakan membutuhkan 200 miliar dolar AS untuk kebutuhan investasi dalam membuat bangunan ramah lingkungan.
"Dengan kata lain, pemerintah harus me-leverage berbagai opsi pembiayaan untuk mendukung proyek-proyek bangunan ramah lingkungan di Indonesia. Ini adalah tantangan yang membutuhkan solusi inovatif dan upaya kolaboratif tidak hanya bagi Indonesia tetapi juga bagi seluruh negara anggota ASEAN," jelasnya.
Di akhir pidatonya, Menkeu kembali menegaskan bahwa langkah menuju efisiensi energi tidak bisa dilakukan sendirian.
“Perlu kolaborasi dan sinergi antara pemerintah, lembaga keuangan, industri, serta masyarakat untuk bekerja sama demi mewujudkan masa depan di mana efisiensi energi menjadi fondasi dari pembangunan yang berkelanjutan di wilayah ASEAN,” tutup dia.