Begini Dampak El Nino pada Perekonomian Indonesia

JAKARTA - Kekeringan dan cuaca panas yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia belakangan yang disebabkan oleh El Nino dikhawatirkan mempengaruhi perekonomian Indonesia.

Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, El Nino yang diperkirakan terjadi hingga akhir tahun ini dapat mempengaruhi produksi pangan dalam negeri.

"Permintaan pangan sedang rebound pasca pandemi sehingga ini bisa menyebabkan tekanan dan rerata akan berpengaruh terhadap biaya input petani," ujar Andry yang dikutip Rabu, 23 Agustus.

Meski demikian sejak tahun 2015 ada kebijakan impor yang responsif yang dilakukan pemerintah. Sedangkan tahun ini, pemerintah melakukan impor beras dengan estimasi adai 2 juta ton atau tumbuh 365 persen.

Mengacu pada studi literatur yang ada, kata dia setiap kenaikan suhu satu derajat celcius akan menurunkan produksi beras sebesar 5,7 persen. Dengan demikian produksi beras dalam negeri berpotensi menurun 3 hingga 6 persen di 2023 jika el nino terjadi.

Meski demikian, menurutnya jika dibandingkan dengan CPO yang berdampak pada PDB, el nino tidak berdampak besar pada pertumbihan ekonomi jika tidak berdampak pada inflasi.

"Kami melihat PDB masih berada di kisaran 5,3 persen di akhir tahun ini. Kalaupun ada impact-nya mungkin hanya 10 bps dari PDB," lanjut dia.

Pada kesempatan yang sama Andry juga merevisi perkiraan inflasi Indonesia yang pada awalnya diperkirakan sebesar 3,6 persen menjadi 3 persen-3,2 persen di akhir tahun 2023.

Menurutnya, tingkat inflasi merupakan game changer yang mendukung pertumbuhan dan stabilitas sektor keuangan.

Andry mengatakan, inflasi semakin terkendali meskipun tantangan el nino dapat meningkatkan potensi gangguan supply pangan.

Sementara itu, inflasi hingga bulan Juli tercatat sebesar 3,08 persen yoy, dan telah kembali dalam target Bank Indonesia di kisaran 2 hingga 4 persen.

Padahal sebelumnya, inflasi bulan Juni 2023 sempat menyentuh 3,52 persen.

"Nowcasting kami menunjukkan tingkat inflasi Indonesia dapat berada pada rentang 3 hingga 3,2 persen di akhir tahun 2023 dengan strategi pengelolaan pasokan pangan yang baik," pungkas Andry.