Sebut Bolsonaro Memintanya Meretas Mesin Pemungutan Suara Pemilu, Peretas Brasil: Dia Memberi Saya Cek Kosong
JAKARTA - Seorang peretas Brasil mengungkapkan dirinya diminta oleh mantan presiden Jair Bolsonaro untuk meretas mesin pemungutan suara dalam Pemilu, memberinya cek kosong hingga pengampunan dari konsekuensi hukum.
Itu dikatakan oleh programmer komputer Walter Delgatti dalam penyelidikan Kongres Hari Kamis, menunjukkan sistem pemilihan Brasil rentan terhadap kecurangan selama kampanye presiden tahun lalu.
Delgatti mengatakan kepada anggota parlemen, ia bertemu dengan Presiden Bolsonaro pada Bulan Agustus, yang memintanya untuk mendiskusikan ide tersebut dengan para ahli di Kementerian Pertahanan, menawarkan untuk mengampuninya jika ia mengalami konsekuensi hukum.
"Dia memberi saya cek kosong untuk melakukan apa yang saya inginkan dengan mesin pemungutan suara," kata Delgatti kepada penyelidikan, seperti mengutip Reuters 18 Agustus.
"Idenya adalah untuk mengambil sebuah mesin ... sehingga saya dapat menginstal aplikasi saya di sana dan menunjukkan kepada penduduk, adalah mungkin untuk menekan tombol untuk satu suara dan berakhir dengan suara lain," urainya.
Lebih jauh Delgatti mengungkapkan, pertemuannya dengan Bolsonaro diatur oleh anggota parlemen sayap kanan Carla Zambelli, yang membayar 40.000 reais (8.000 dolar AS) untuk jasanya.
Kendati demikian, Delgatti mengatakan ia tidak pernah berhasil meretas mesin pemungutan suara, untuk menunjukkan hasil yang dimanipulasi seperti yang diminta oleh Bolsonaro.
Kesaksian ini muncul setelah pengadilan pemilu menyatakan, Bolsonaro tidak memenuhi syarat untuk menduduki jabatan publik hingga tahun 2030 karena menyalahgunakan kekuasaannya sebagai presiden, untuk merusak kepercayaan terhadap sistem pemilu Brasil. Para sekutu Bolsonaro khawatir ia pada akhirnya akan menghadapi tuntutan pidana.
Seseorang yang dekat dengan keluarga Bolsonaro mengatakan kepada Reuters, tuduhan publik dari Delgatti "sangat menghancurkan." Partai Liberal sayap kanannya, yang tumbuh menjadi yang terbesar di Kongres pada pemilihan Oktober lalu, berada dalam mode krisis, kata seorang juru bicara.
Sementara itu, dalam sebuah wawancara dengan penyiar lokal Jovem Pan setelah kesaksian Delgatti, Bolsonaro menolak tuduhan tersebut, tetapi membenarkan ia telah bertemu dengan peretas tersebut.
"Ada pertemuan dan saya mengirimnya ke Kementerian Pertahanan untuk berbicara dengan para teknisi. Dia ada di sana dan masalahnya mereda," kata Bolsonaro.
Terpisah, pengacara Bolsonaro dalam sebuah pernyataan mengatakan, Delgatti memberikan informasi palsu dalam kesaksiannya, "sama sekali tidak memiliki bukti apa pun, termasuk melakukan, dalam tesisnya, kejahatan fitnah."
Ia menambahkan, pihak Bolsonaro akan mengambil tindakan hukum yang sesuai terhadap Delgatti.
Sebelumnya, juru bicara Bolsonaro sekaligus mantan sekretaris persnya Fabio Wajngarten, juga membantah pernyataan Delgatti, bahwa Bolsonaro mengatakan kepadanya melalui telepon mereka telah menyadap Hakim Agung Alexandre de Moraes, yang memimpin penyelidikan atas serangan presiden terhadap sistem pemungutan suara di Brasil.
"Tidak pernah ada penyadapan, atau tindakan ilegal atau non-republik terhadap lembaga politik di Brasil oleh lingkaran utama presiden. Bohong, bohong, bohong," cuitnya di Twitter.
Diketahui, Bolsonaro kalah tipis dalam pemilihan tahun lalu dari Presiden Luiz Inacio Lula da Silva, tidak pernah mengakui kekalahannya dan mempertahankan argumennya sejak kampanye, bahwa sistem pemungutan suara rentan terhadap kecurangan.
Baca juga:
- AS Kecam Penindasan Korea Utara untuk Bangun Senjata Nuklir, China Ingin DK PBB Mainkan Peran Konstruktif
- Siapkan Intervensi Militer di Niger Jika Upaya Diplomatik Gagal, ECOWAS: Ketertiban Konstitusional akan Dipulihkan
- AS Setujui Pengiriman Jet Tempur F-16 ke Ukraina, Menlu Blinken: Sangat Penting untuk Bertahan dari Agresi Rusia
- Presiden Lukashenko Sebut Putin Tidak Mendorong Belarusia Ikut Perang di Ukraina, Tapi akan Selalu Bantu Rusia
Ia sendiri tengah menghadapi beberapa investigasi atas serangannya terhadap sistem pemungutan suara, serta dugaan perannya dalam mendorong para pendukungnya untuk menyerbu gedung-gedung pemerintah seminggu setelah Presiden Lula menjabat.
Sumber yang dekat dengan keluarga Bolsonaro, yang tidak ingin disebutkan namanya agar dapat berbicara dengan bebas, mengatakan kesaksian Delgatti membuat surat perintah penangkapan terhadap mantan presiden tersebut menjadi lebih mungkin.
"Bukti-bukti yang diberikan oleh peretas, jika terbukti, dapat mengarah pada penangkapan segera," kata sumber tersebut.