Harga Bitcoin Tampak Stagnan Akhir-akhir Ini, Ada Apa?

JAKARTA - Dalam beberapa waktu terakhir harga Bitcoin tampak seperti berada dalam keadaan diam atau stagnan. Namun, sebenarnya ada petanda menarik yang mengisyaratkan perubahan besar dalam perjalanannya.

Menurut Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, ketenangan ini dalam pergerakan harga Bitcoin sejalan dengan penurunan volatilitas tahunan yang teramati dalam transaksi perdagangan. Rata-rata volatilitas tahunan Bitcoin dalam kurun waktu 30 hari, terlihat menurun ke titik terendah dalam tujuh tahun terakhir.

Fyqieh menjelaskan, harga Bitcoin yang sideways, ditambah dengan penurunan volume perdagangan, sebenarnya mencerminkan adanya ketidakpastian jangka pendek di antara para pelaku pasar, baik investor dan trader. 

Dengan kata lain, banyak investor Bitcoin merasa ragu-ragu mengenai arah perjalanan aset kripto ini. Tentu saja, ada banyak faktor pasar yang perlu mereka pertimbangkan.

"Salah satu faktor yang berdampak adalah harapan terkait persetujuan ETF Bitcoin di Amerika Serikat. Antisipasi mengenai hal ini sebenarnya telah membantu menjaga harga Bitcoin tetap di atas level pendukung, yaitu 28.500 dolar AS sejak bulan Juli," ujarnya. 

Tapi di sisi lain, menurut Fyqieh, kekhawatiran bahwa The Fed justru akan terus meningkatkan suku bunga dalam waktu dekat juga telah mengalihkan minat investor ke arah dolar AS.

Fyqieh memperkirakan, Bitcoin kemungkinan akan mengalami retest penurunan hingga kisaran level 28.900 dolar AS atau sekitar Rp442 juta. Salah satu indikator baru yang mengisyaratkan potensi pergerakan besar ini adalah Bollinger Bands Bitcoin.

Bollinger Bands merupakan alat analisis teknikal yang digunakan untuk memprediksi tren suatu pasar. Ketika Bollinger Bands menyempit, ini sering diikuti oleh peningkatan volatilitas yang kuat.

"Meskipun begitu, perlu dicatat bahwa Bollinger Bands bukanlah alat untuk memprediksi tren, dan tidak bisa mengindikasikan arah pergerakan Bitcoin secara pasti," jelas Fyqieh.

Secara jangka pendek, tampak bahwa Bitcoin akan mengalami sideways hingga bulan September mendatang. Dari sanalah, menjalankan strategi dollar-cost averaging (DCA) yang tepat untuk memperoleh potensi keuntungan dalam jangka panjang bisa menjadi pilihan yang bijak.