Indeks Pencemaran Udara di Kotawaringin Timur Tembus 100, Bupati Bakal Rapat Status Tanggap Darurat
KALTENG - Bupati Kotawaringin Timur Halikinnor mengungkapkan indeks pencemar udara (ISPU) Kotawaringin Timur di Kalimantan Tengah (Kalteng) melebihi angka 100 yang berarti masuk kategori tidak sehat.
Dia mengaku kebakaran hutan dan lahan atau karhutla menjadi muara dari ISPU di Kotawaringin Timur lantaran musim kemarau kini sangat kering memicu cepat meluasnya kebakaran.
"Kami segera melakukan rapat evaluasi terkait kondisi terkini. Jika memang diperlukan, maka akan ditetapkan status tanggap darurat agar penanganan karhutla bisa dilakukan lebih maksimal," katanya di Sampit, Kalteng, Jumat 18 Agustus, disitat Antara.
Karhutla di Kotawaringin Timur meliputi Kecamatan Baamang dan Mentawa Baru Ketapang. Kejadian karhutla mulai sporadis atau di banyak titik.
Pemadaman tidak hanya dilakukan dari darat, tetapi juga menggunakan pengeboman air atau water bombing dari udara oleh helikopter milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Dia berharap karhutla Kotawaringin Timur tidak menimbulkan kabut asap yang dampaknya akan mengganggu seluruh masyarakat, baik dari sisi kesehatan, pendidikan, ekonomi dan lainnya.
Selain tidak membakar lahan, Halikinnor juga meminta masyarakat membantu pemadaman jika di lingkungan sekitar terjadi karhutla. Tujuannya agar api tidak sampai meluas sehingga cepat dipadamkan ketika petugas datang.
"Kalau ada titik api mulai muncul, siapa yang berdekatan melihat, tolong padamkan secepatnya supaya jangan sampai meluas. Kalau dibiarkan nanti akibatnya parah. Kalau sudah semakin luas itu akan sulit mengendalikannya," ujarnya.
Baca juga:
Halikinnor kembali mengingatkan masyarakat bahwa tanah di Kotawaringin Timur sebagian merupakan gambut. Saat kemarau seperti sekarang, gambut menjadi kering sehingga mudah terbakar dan sulit dipadamkan karena api terus membakar ke dalam tanah meski di permukaan terlihat sudah padam.
Upaya pemadaman kebakaran di lahan gambut harus dilakukan berulang-ulang hingga api di dalam tanah benar-benar padam. Padahal, saat ini sumber air juga mulai kering sehingga petugas sering kesulitan untuk memadamkan api.
"Mudah-mudahan pemadaman api yang marak ini bisa kita upayakan dengan kebersamaannya dan tidak ada lagi api baru sehingga walaupun panas, walaupun kemarau, kita tidak mengalami musibah kabut asap seperti beberapa waktu yang lalu," tandasnya.