Industri Otomotif Jadi Sektor yang Paling Relevan dalam Adopsi Energi Terbarukan
JAKARTA - Pakar otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu menilai industri otomotif sebagai sektor yang relevan dalam hal adopsi energi terbarukan.
"Pemanfaatan energi terbarukan dalam industri otomotif adalah langkah sangat relevan yang sedang digencarkan saat ini. Industri otomotif saat ini sedang bertransformasi menuju kendaraan yang lebih ramah lingkungan dan berkinerja tinggi," kata Yannes, dikutip dari Antara, Kamis 17 Agustus.
Kendaraan listrik, yang merupakan bagian dari solusi mobilitas berkelanjutan, bergantung pada sumber energi terbarukan untuk mengisi daya baterai. Yannes menilai dengan memanfaatkan energi terbarukan seperti air atau surya dalam proses produksi listrik untuk kebutuhan baterai kendaraan listrik, Indonesia dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Yannes menambahkan pemanfaatan energi terbarukan sebagai penghasil listrik juga dapat mengurangi secara perlahan 61 persen sumber listrik dari pembangkit listrik tenaga uap batu bara yang bersifat polutif.
"(Pemanfaatan energi terbarukan) mengurangi secara perlahan 61 persen sumber listrik Indonesia dari PLTU batu bara yang walaupun murah, tetapi, sangat polutif, yang tampaknya tidak sejalan dengan logika tujuan pengembangan EV (kendaraan listrik) jika ditujukan sebagai kendaraan bersih polusi tersebut," ujar Yannes.
Dia menyebutkan strategi paling ekonomis untuk mengembangkan pemanfaatan energi terbarukan di Indonesia dapat melibatkan beberapa langkah transisi jangka panjang, misalnya mulai menurunkan kapasitas PLTU batu bara secara bertahap dan menggantinya dengan sumber energi terbarukan. Indonesia dapat memanfaatkan energi alternatif yang terbarukan serta ramah lingkungan seperti tenaga surya dan panas bumi.
Untuk menerapkan strategi itu, menurut Yannes, perlu komitmen yang kuat dari pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat karena pemanfaatan energi terbarukan untuk mengganti batu bara sebagai sumber energi fasilitas pembangkit listrik merupakan proses yang kompleks.
"Tentunya perlu renegosiasi dengan para investor raksasa luar negeri yang pastinya akan memerlukan upaya politik yang sangat kompleks," kata Yannes.
BACA JUGA:
Presiden Joko Widodo dalam pidato di Sidang Tahunan MPR dan Sidang bersama DPR dan DPD tahun 2023, Rabu (16/8), menyinggung peran ekonomi hijau dan hilirisasi melalui pemanfaatan energi terbarukan untuk mengembangkan sektor ekonomi baru. Dia menilai peran ekonomi hijau dan hilirisasi dapat dimanfaatkan sebagai peluang bagi Indonesia karena kekayaan sumber daya alam, termasuk sumber energi baru terbarukan yang melimpah.
"Ekonomi hijau dan hilirisasi sebagai window opportunity (kesempatan) kita untuk meraih kemajuan karena Indonesia sangat kaya sumber daya alam termasuk bahan mineral, hasil perkebunan, hasil kelautan, serta sumber energi baru dan terbarukan," kata Presiden.