Sebut Pasukan Rusia Patahkan Mitos Standar Militer Barat, Menhan Shoigu Siap Berbagi Kelemahan Persenjataan AS dan Sekutu
JAKARTA - Menteri Pertahanan Rusia mengatakan kemampuan Ukraina untuk berperang "hampir habis, menyebut perang yang terjadi telah mengekspos kerentanan dalam sistem persenjataan Barat.
Berbicara dalam sebuah konferensi keamanan di Moskow yang dihadiri oleh Menteri Pertahanan Tiongkok, Li Shangfu, Menhan Sergei Shoigu mengatakan konflik Ukraina merupakan ujian serius bagi Rusia.
"Dalam operasi militer khusus ini, tentara Rusia telah mematahkan banyak mitos tentang keunggulan standar militer Barat," kata Menhan Shoigu dalam sebuah pidato publik yang jarang terjadi, menurut teks yang diberikan oleh kementeriannya, melansir Reuters 16 Agustus.
"Hasil awal dari operasi tempur menunjukkan bahwa sumber daya militer Ukraina hampir habis," ungkap Menhan Shoigu, salah satu sekutu terkuat Presiden Vladimir Putin, tanpa memberikan bukti terperinci untuk mendukung pernyataannya.
Lebih jauh Shoigu mengatakan, dia akan berbagi rincian tentang kelemahan senjata Barat dan tidak ada yang kebal.
"Kami memiliki data tentang ... penghancuran tank Jerman, kendaraan lapis baja Amerika, rudal Inggris dan sistem persenjataan lainnya," katanya.
"Kami siap untuk membagikan penilaian kami ... dengan mitra kami," tandasnya.
Invasi Rusia telah menimbulkan kehancuran di wilayah timur dan selatan Ukraina, menewaskan atau melukai ratusan ribu orang dan memicu keretakan terbesar dalam hubungan Rusia dengan Barat sejak Krisis Rudal Kuba tahun 1962.
Baca juga:
- Sekjen PBB Ingin Polisi Multinasional Diterjunkan untuk Memulihkan Hukum dan Ketertiban di Haiti
- Menlu Blinken Sebut AS Sambut Baik Setiap Upaya Iran Perlambat Program Nuklir, Tapi Tidak Terkait Pembebasan Sandera
- Menlu Lavrov: Barat Abaikan Peringatan Rusia Soal Risiko Pasokan Senjata ke Ukraina
- Kunjungi Pasukannya di Garis Depan Zaporizhzhia, Presiden Zelensky: Selangkah Demi Selangkah Bergerak Maju
Ukraina dan Barat menuduh Rusia melakukan kejahatan perang, menyebut invasi Moskow sebagai perampasan tanah ala kekaisaran. Sebaliknya, Kremlin menganggap konflik ini sebagai pertempuran eksistensial dengan Barat yang ingin memecah belah Rusia.
Barat menganggap perang ini sebagai kesalahan strategis terbesar Moskow sejak invasi Soviet ke Afghanistan tahun 1979, dengan para pemimpin Barat mengatakan mereka ingin mengalahkan Rusia di medan perang Ukraina. Serangan balasan Ukraina sejauh ini gagal menghasilkan keberhasilan teritorial yang besar.
Sementara Rusia mengatakan mereka akan mencapai semua tujuannya di Ukraina, yang mereka anggap sebagai boneka Barat. Moskow juga telah berulang kali mengindikasikan siap untuk berperang dalam waktu yang lama.