ECOWAS Berniat Intervensi Militer Usai Niger Dikudeta, Ratusan Demonstrasn Menolak
JAKARTA - Ratusan warga Nigeria dan Niger turun ke jalan menggelar demonstrasi pada Sabtu 12 Agustus waktu setempat. Massa protes terhadap wacana campur tangan militer dalam upaya pemulihan tatanan konstitusional di Niger.
Demonstrasi terjadi beberapa hari di Negara Bagian Kano setelah pemimpin blok Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) mendorong kemungkinan intervensi militer agar Presiden Mohamed Bazoum yang dilengserkan pada 26 Juli lewat kudeta militer kembali menjabat.
Hal itu disampaikan ECOWAS pada KTT darurat Kamis di Ibu Kota Abuja.
Dengan meneriakkan "orang Niger saudara kami, orang Niger juga keluarga kami," para demonstran menuntut agar Presiden Nigeria Bola Tinubu, yang juga ketua ECOWAS "mendukung pendekatan diplomatik untuk mengatasi krisis di Niger", menurut video di media sosial.
"Kami tidak menginginkan perang, perang terhadap Niger adalah ketidakadilan," sahut demonstran, disitat Antara.
Para demonstran menuduh ECOWAS "dimanfaatkan" sekutu Barat untuk menyerang Niger.
Negara-negara kawasan terpecah lantaran rencana respons militer ECOWAS terhadap kudeta Niger. Para oponen berpendapat bahwa hal itu dapat berkembang menjadi konflik kawasan yang lebih luas.
Baca juga:
Nigeria, Pantai Gading, Senegal dan Benin menyatakan siap mengirim pasukan ke Niger. Sementara itu Prancis dan Amerika Serikat mendukung upaya blok ECOWAS untuk mencegah kudeta menyusul KTT pada Kamis 10 Agustus.
Namun Mali dan Burkina Faso, di mana militer berkuasa pada 2020 dan 2022 dan ditangguhkan dari blok tersebut, menyatakan dukungan kuat terhadap pemimpin kudeta Jenderal Abdourahamane Tiani.
Tiani adalah mantan komandan pengawal presiden Niger yang kini menjabat sebagai kepala pemerintahan transisi sejak militer melengserkan Bazoum.
Aljazair, negara lain yang berbatasan dengan Niger, juga menolak tegas intervensi militer apa pun dan menyerukan untuk kembali ke legitimasi konstitusional.