BMKG Prakirakan Cuaca di Sejumlah Kota Besar Indonesia Cerah Berawan
JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca di sebagian kota besar di Indonesia berpotensi cerah berawan pada Minggu, 13 Agustus.
Cuaca cerah berawan diprakirakan berpotensi terjadi di Banda Aceh, Bengkulu, Yogyakarta, Jakarta, Gorontalo, Jambi, Bandung, Semarang.
Kemudian, Surabaya, Pontianak, Banjarmasin, Tarakan, Pangkal Pinang, Lampung,Ternate, Mataram, Kupang, Mamuju, Makassar, Kendari, Manado, dan Palembang.
Sementara cuaca berawan berpotensi terjadi di Denpasar, Serang, Palangka Raya, Samarinda, Lampung, Jayapura, dan Manokwari.
Kota lainnya, seperti Tanjung Pinang, Ambon, Pekanbaru, Kendari, Padang, dan Medan diprediksi terjadi hujan pada siang atau malam hari.
BMKG memprediksi musim hujan baru terjadi sekitar bulan November mendatang, usai musim kemarau kering berkurang intensitasnya pada Oktober.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan puncak musim kemarau kering terjadi pada pertengahan Agustus hingga September dengan intensitas panas yang semakin meningkat.
"Nanti setelah masuk Oktober, mulai berkurang, berkurang tapi masih kering. Nah, diprediksi hujan ini November," kata Dwikorita beberapa waktu lalu dikutip dari Antara, Minggu, 13 Agustus.
Dwi menjelaskan fenomena cuaca El Nino masih terjadi. Bahkan, semakin memuncak pada Oktober-November. Indonesia diuntungkan dengan datangnya musim hujan mulai November.
Sementara itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan fenomena El Nino yang menyebabkan kemarau kering dalam jangka waktu lama telah menyebabkan langit Pulau Jawa bersih tanpa awan sampai akhir Oktober 2023.
Baca juga:
- Polisi Amankan 349.700 Benih Lobster yang Hendak Dikirim ke Singapura
- Polisi Periksa Saksi Kebakaran Karaoke Max One Bengkulu
- Kejari Kantongi Nama Tersangka Dugaan Korupsi Keuangan RSUD Mukomuko, Pengumuman Tunggu Nominal Kerugian Negara
- Kebakaran di Pasar Kambing Tanah Abang Disebabkan Korsleting Listrik
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Sigit Reliantoro mengatakan kondisi itu membuat pemerintah tidak bisa melakukan operasi modifikasi cuaca untuk menurunkan hujan dan meluruhkan polusi udara di Pulau Jawa.
"Sampai akhir Oktober tidak tersedia awan untuk operasi teknologi modifikasi cuaca," ujarnya.