Startup Inovatif Percepat Indonesia jadi Negara Maju, Menteri Teten: Perlu Kolaborasi

JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki menyebut, penciptaan usaha rintisan atau start-up berkualitas bisa mempercepat Indonesia mewujudkan menjadi negara maju.

"Oleh karena itu, hal ini menjadi prioritas pemerintah agar dapat mendorong potensi ekonomi digital Indonesia menuju negara maju di 2045. Maka menjadi penting untuk berkolaborasi dan bersinergi antar kementerian/lembaga (K/L) dalam mewujudkan hal tersebut,” kata Menteri Teten melalui siaran persnya, Sabtu, 12 Agustus.

Menteri Teten menekankan, saat ini pemerintah sedang mendorong rasio kewirausahaan mencapai sebesar 3,95 persen di 2024. Pihaknya pun turut aktif berkerja sama dengan semua pihak, K/L, para inkubator swasta, dan kampus dalam menciptakan usaha-usaha rintisan baru.

Entrepreneur Hub disiapkan dalam melahirkan entrepreneur dan start-up baru yang inovatif dan berwawasan teknologi.

"Kami beruntung, saat ini di Indonesia terdapat 2.600 start-up dan menjadi yang terbesar keenam dunia. Indonesia punya embrio terbaik untuk dikembangkan melahirkan start-up hingga entrepreneur berkualitas," ujarnya.

Kemenkop UKM bersama Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) menggelar Road To Indonesia Startup Ecosystem Summit 2023. Acara tersebut merupakan bagian dari rangkaian perayaan Hari UMKM Nasional yang berlangsung pada 10-13 Agustus 2023.

Pembukaan acara Road To Indonesia Startup Ecosystem Summit 2023 (ISES 2023) dihadiri oleh Menkop UKM Teten Masduki, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi, serta Walikota Surakarta Gibran Rakabuming Raka.

Teten melanjutkan, salah satu pendorong lahirnya start-up berkualitas adalah dengan menghubungkannya ke modal ventura. Dia menyebut, Korea Selatan (Korsel) dan Jepang sudah membuka peluang kerja sama dengan Indonesia dalam pengembangan start-up.

"Kami juga buka pintu. Saya optimistis dengan kebijakan substitusi impor dan hilirisasi bisa menjadi peluang besar yang dimanfaatkan oleh para pelaku usaha, termasuk start-up. Oleh karena itu, start-up potensial kami koneksikan dengan investor asing," tuturnya.

Untuk itu, lanjutnya, inkubator kampus harus bisa melahirkan entrepreneur berbasis inovasi dan teknologi. Apalagi, saat ini Indonesia sudah diserbu produk luar yang harganya di bawah standar, sehingga sulit bagi pelaku usaha dalam negeri untuk berkompetisi.

"Padahal, ekonomi nasional itu sebesar 53 persennya didorong oleh konsumsi rumah tangga. Kalau produksi belanja lokal kami terus diperkuat, ekonomi dalam negeri juga ikut kuat. Jadi, harus diproteksi dan disiapkan produk UMKM yang berkualitas," tambahnya.

Menkop UKM Teten tidak menampik memang masalah utama pertumbuhan usaha start-up itu adalah dari sisi pembiayaan. Oleh karena itu, pihaknya terus mempromosikan kepada perbankan untuk menerapkan credit scoring, sehingga para pelaku usaha rintisan ini tidak lagi dipusingkan soal agunan saat akan mengakses pembiayaan.

"Pembiayaan ini harus ada inovasi. Ternyata di 145 negara sudah diterapkan credit scoring. Jadi, bukan aset yang dijadikan jaminan, tetapi track record digital mengenai kesehatan usaha yang menjadi penilaian," ungkapnya.

Ke depan, kata Teten, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) terkait hal di atas. "Jadi, yang harus didorong adalah inovasi perbankan yang masih jadul," katanya.

Pada kesempatan sama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Luhut Binsar Pandjaitan memberikan dukungan dan apresiasi dalam upaya Kemenkop UKM yang terus mendorong lahirnya UMKM dan start-up berkualitas.

Luhut mengatakan, keberadaaan start-up harus perlu didukung pemerintah. Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga memberikan perhatian besar bagi upaya pengembangan start-up agar kelak bisa berkembang menjadi unicorn, bahkan decacorn. Sehingga, hal ini dimulai dengan dukungan dari sisi permodalan dan akses pasar.

"Perlu kolaborasi seluruh elemen masyarakat. Komitmen untuk menindaklanjuti dalam membangun ekosistem start-up di Indonesia. Indonesia yang menempati posisi keenam terbesar jumlah startupnya menjadi hal yang perlu kami banggakan," ungkapnya.