Modifikasi Cuaca, Tim Gabungan Tabur 16.800 Ton Garam untuk Turunkan Hujan di Kalteng

JAKARTA  - Pemerintah Indonesia menggelar operasi teknologi modifikasi cuaca dengan menabur 16.800 ton garam untuk menurunkan hujan sebagai upaya menekan potensi kebakaran hutan dan lahan di wilayah Kalimantan Tengah (Kalteng).

Koordinator Laboratorium Teknologi Modifikasi Cuaca dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Budi Harsoyo mengatakan, operasi itu dilaksanakan selama 24 hari ke depan untuk membasahi gambut dan menambah cadangan air yang bisa dimanfaatkan untuk memadamkan api saat terjadi kebakaran hutan dan lahan.

"Kami berusaha mengoptimalkan potensi awan yang ada untuk operasi teknologi modifikasi cuaca di Kalimantan Tengah agar titik panas tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya," kata Budi dilansir ANTARA, Kamis, 10 Agustus. 

Kegiatan operasi teknologi modifikasi cuaca itu menggunakan pesawat CASA yang berasal dari Skuadron 4 TNI AU Lanud Abdulrachman Saleh di Malang, Jawa Timur.

Fenomena El Nino yang semakin menguat dengan indeks bernilai +1,04 menyebabkan kondisi cuaca relatif kering. Kondisi itu berpotensi meningkatkan kemunculan titik panas sebagai sumber utama penyebab bencana kebakaran hutan dan lahan.

Saat ini mayoritas lahan gambut di Kalimantan Tengah dalam kondisi rawan lantaran telah mengering dengan ketinggian air dalam tanah sudah lebih rendah dari 40 sentimeter di bawah permukaan tanah.

 

Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Wilayah Kalimantan Yudho Sekti Mustiko menyatakan Satuan Tugas Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan telah menemukan titip panas di wilayah yang sangat sulit dijangkau oleh tim lapangan.

Menurutnya, operasi water bombing dan teknologi modifikasi cuaca menjadi alternatif untuk menangani dan mengendalikan titik panas yang melahap hutan serta lahan gambut.

"Semoga teknologi modifikasi cuaca yang diupayakan oleh berbagai pihak itu bisa membuahkan hasil yang baik, sehingga dapat meningkatkan tinggi muka air gambut dan dapat mengendalikan kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah," kata Yudho.