Terima 30 Inisiatif Perdamaian, Presiden Putin: Rusia Tidak Pernah Menolak Pembicaraan dengan Ukraina
JAKARTA - Rusia tidak pernah menolak pembicaraan dengan Ukraina, kata Presiden Vladimir Putin, dengan Kementerian Luar Negeri telah menerima 30 inisiatif perdamaian terkait konflik kedua negara.
Presiden Putin mengatakan pada akhir pekan, sebuah inisiatif Afrika dapat menjadi dasar bagi perdamaian di Ukraina, namun serangan-serangan Kyiv membuat hal ini sulit untuk direalisasikan.
Ia berbicara dalam sebuah konferensi pers setelah bertemu dengan para pemimpin Afrika di St. Petersburg pada Hari Jumat, mendengar seruan mereka agar Moskow melanjutkan rencana mereka.
"Ada beberapa ketentuan dalam inisiatif perdamaian ini yang sedang dilaksanakan," katanya, melansir Reuters 30 Juli.
"Namun ada beberapa hal yang sulit atau tidak mungkin dilaksanakan," tandas Presiden Putin.
Lebih jauh Presiden Putin mengatakan, salah satu poin dalam inisiatif ini adalah gencatan senjata.
"Namun, tentara Ukraina sedang melakukan serangan, mereka menyerang, mereka melaksanakan operasi ofensif strategis berskala besar... Kita tidak bisa melakukan gencatan senjata ketika kita sedang diserang," ungkapnya.
Mengenai pertanyaan untuk memulai pembicaraan damai, ia mengatakan, "Kami tidak menolaknya... Agar proses ini dapat dimulai, perlu ada kesepakatan dari kedua belah pihak," jelas Presiden Putin.
Terpisah, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan di sela-sela KTT Rusia-Afrika, Kremlin menerima sekitar 30 inisiatif perdamaian untuk penyelesaian konflik Ukraina, melalui jalur resmi maupun tidak.
"Kami berterima kasih kepada semua orang. Ada banyak inisiatif seperti itu. Menurut saya, sebulan yang lalu sudah ada sekitar 30 (inisiatif) yang dibuat oleh tokoh-tokoh masyarakat melalui saluran negara atau bahkan secara pribadi," kata diplomat tersebut, seperti melansir TASS.
Seperti halnya Presiden Putin, Zakharova menekankan Rusia tidak pernah menolak negosiasi mengenai penyelesaian konflik Ukraina.
"Bahkan ketika kami memahami (negosiasi) itu tidak mungkin membawa nilai tambah, tetapi kami selalu memberikan kesempatan seperti itu kepada para mitra atau situasi secara umum," jelasnya.
Lebih lanjut, Zakharova menyoroti langkah Kyiv untuk menarik diri dari negosiasi yang mereka minta pada April 2022 lalu.
"Beberapa putaran terjadi dan kemudian mereka berhenti menanggapi dokumen dan materi yang kami kirimkan atas permintaan mereka. Dan pada bulan September, mereka sendiri secara hukum dilarang untuk bernegosiasi dengan negara kami," urainya.
Diketahui, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah menolak gagasan gencatan senjata yang akan membuat Rusia menguasai hampir seperlima wilayah negaranya, memberikan waktu bagi pasukannya untuk berkumpul kembali saat perang memasuki bulan ke-17.