Kritik Purnawirawan Jenderal TNI/Polri, Kompak Tolak Indonesia Beli Pesawat Bekas

JAKARTA - Pembelian pesawat bekas oleh Kementerian Pertahanan mendapat kritik keras. Kritik ini disampaikan sejumlah purnawirawan TNI/Polri di hadapan bakal calon presiden 2024 dari PDIP, Ganjar Pranowo dalam acara Ngopi Bareng Ganjar di Hotel Mercure Ancol.

Para jenderal itu mengkritik habis-habisan kebijakan pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertahanan RI terkait dengan pembelian pesawat bekas yang  justru dinilai akan merugikan Indonesia.

"Sekarang kenceng sekali berita kita beli pesawat bekas. Pesawat yang terbang tahun 2009. Kita dihibahkan saja kita tolak. Kok sekarang kita beli, harganya sama dengan pesawat baru lagi," kata Marsekal Madya TNI (Purn) Dede Rusamsi, Minggu 30 Juli.

Mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Udara (Wakasau) itu menegaskan, Indonesia memiliki pengalaman tidak baik saat pembelian pesawat bekas. Menurutnya, pesawat bekas bagai peti mati terbang.

"Di sini banyak senior saya yang lolos dari peti mati itu. Tapi ada juga yang tidak lolos. Salah satunya Marsekal Muda Jeffry ini, beliau loncat dari pesawat bekas karena engine mati," tegasnya.

Untuk itu, ia mengusulkan kepada Ganjar agar selektif dalam pembelian alutsista. Ia juga meminta Ganjar meningkatkan kemandirian terhadap industri alutsista tanah air.

"Kemandirian kita untuk memproduksi alutsista harus ditingkatkan. Undang negara lain untuk kerjasama pembuatan agar transfer knowledge bisa dilakukan. Pesawat yang sudah ada sekarang kita pelihara dan harus ditingkatkan," tegasnya.

Hal senada disampaikan Laksamana Muda TNI (purn) Surya Wiranto. Ia juga mewanti-wanti Ganjar agar tidak membeli alutsista bekas.

"Ancaman musuh di depan mata, kita perlu penguatan pertahanan negara. Jangan kira dininabobokkan dengan pembelian alutsista bekas. Pesawat tempur bekas," tegasnya.

Ia juga menceritakan pengalaman yang buruk terkait dengan pembelian alutsista bekas. Saat membeli kapal bekas dari Inggris dan Jerman, ia ditertawakan oleh tentara di sana.

"Kata mereka, kamu tidak akan bisa tiba di Indonesia. Karena kapal yang kita beli itu untuk operasi jangka pendek, sementara kita harus membawa pulang kapal bekas itu ke Indonesia dengan jangka waktu pelayaran dua bulan. Kita diejek itu Pak," tegasnya.

Mendengar masukan-masukan itu, Ganjar juga sepakat bahwa pertahanan Indonesia harus ditingkatkan. Kemandirian Indonesia untuk memproduksi alutsista juga harus didorong agar mandiri.

"Negara kita harus kuat, maka alutsista dan kelengkapannya harus maksimal. Secara industri militer kita punya, itu kemandirian yang mesti kita kembangkan. Kita panggil anak-anak terbaik bangsa untuk menyelesaikan industri alutsista kita," katanya.

Selain itu, Ganjar juga menekankan pentingnya meningkatkan pendapatan negara. Dengan pendapatan yang besar, maka sistem pertahanan negara akan kuat.

"Kita harus siap dengan perang baru masa depan. Menurut saya tidak hanya alutsista, tapi juga proxy, pertahanan digital dan bio sains. Kita harus siapkan, perguruan tinggi, industri dan lembaga riset harus kita siapkan dan kita dorong untuk itu," tegasnya.

Ganjar diundang oleh ratusan purnawirawan jenderal TNI dan Polri di Hotel Mercure Ancol, Jakarta, Minggu 30 Juli. Mereka berdiskusi dan memberikan masukan kepada bacapres 2024 dari PDIP itu.

Sebanyak 273 purnawirawan TNI/Polri berkumpul dalam acara bertajuk Ngopi Bareng Ganjar itu. Hadir di antaranya mantan Kapolri yakni Jenderal Polisi (purn) Bimantoro, Jenderal Polisi (purn) Rusman Hadi dan Jenderal Polisi (purn) Da'i Bachtiar. Hadir pula mantan Panglima TNI, Jenderal Andika Perkasa.

Hadir juga sejumlah perwira tinggi TNI, di antaranya Laksamana TNI (purn) Bernard Kent Sondakh, Marsekal TNI (purn) Agus Supriatna, Laksamana Madya TNI (purn) Agus Setiadji, Mayjen TNI (purn) TB Hasanuddin dan ratusan jenderal TNI Polri lainnya.