Proyek Worldcoin Berpotensi Langgar Privasi, Pindai Mata Pengguna untuk Dapatkan Identitas Digital dan Koin Gratis

JAKARTA - Masyarakat di seluruh dunia akian melakukan pemindaian bola mata mereka sebagai ganti identitas digital dengan imbalan kripto gratis. Ini dilakukan tanpa menghiraukan keprihatinan dari para aktivis privasi dan regulator data.

Proyek ini didirikan oleh Sam Altman, CEO dari pengembang ChatGPT, OpenAI, dan dikenal sebagai Proyek Worldcoin. Mereka bertujuan untuk menciptakan "jaringan identitas dan keuangan" baru dan bahwa ID digital mereka akan memungkinkan pengguna untuk membuktikan secara online bahwa mereka adalah manusia, bukan bot.

Proyek ini diluncurkan pada Senin, 24 Juli dengan pemindaian bola mata berlangsung di beberapa negara termasuk Britania Raya, Jepang, dan India.

Di sebuah konferensi kripto di Tokyo,  banyak orang mengantri di depan sebuah bola perak mengkilap yang dikelilingi spanduk bertuliskan "Orb telah hadir." Para calon pengguna berdiri dalam antrian untuk memindai iris mata mereka dengan perangkat tersebut, sebelum menunggu untuk mendapatkan 25 token Worldcoin gratis yang diklaim perusahaan dapat diklaim oleh pengguna yang sudah diverifikasi.

Para pengguna yang diwawancara oleh Reuters mengatakan mereka mempertimbangkan kekhawatiran tentang pengumpulan data sekaligus rasa penasaran mereka terhadap proyek ini. Proyek ini menyatakan telah menerbitkan ID untuk lebih dari dua juta orang di 120 negara, sebagian besar selama periode uji coba dalam dua tahun terakhir.

"Ada risiko ketika data mata Anda dikumpulkan oleh sebuah perusahaan, tetapi saya suka mengikuti proyek kripto terbaru," kata Saeki Sasaki, 33 tahun. "Saya agak takut, tetapi sekarang sudah saya lakukan dan tidak bisa mengubahnya."

"Pengumpulan data oleh Worldcoin ini merupakan potensi mimpi buruk privasi," kata Electronic Privacy Information Center, aktivis privasi AS.

Worldcoin tidak merespons pertanyaan Reuters tentang kebijakan privasinya yang dikirim melalui email pada Selasa, 25 Juli. Situs web perusahaan tersebut menyatakan bahwa proyek ini "benar-benar privat" dan bahwa data biometrik akan dihapus atau pengguna dapat memilih untuk menyimpannya dalam bentuk terenkripsi.

Di lobi ruang kerja bersama di London Timur pada Senin lalu, dua perwakilan Worldcoin menunjukkan kepada beberapa orang cara mengunduh aplikasi dan memindainya, kemudian memberikan kaos dan stiker gratis bertuliskan "manusia terverifikasi".

Seorang desainer grafis berusia 34 tahun bernama Christian mengatakan dia ikut serta karena merasa "tertarik". Dia mengikuti perkembangan kecerdasan buatan (AI) dan kripto, dan membeli kripto "hanya untuk bersenang-senang".

"Saya pikir ke depannya, AI akan sulit dibedakan dari manusia, dan menurut saya proyek ini mungkin dapat mengatasi masalah itu, dan itu sangat menakjubkan," katanya yang enggan memberikan nama lengkapnya karena alasan privasi.

Token Worldcoin diperdagangkan sekitar 2.30 dolar AS (Rp34 ribu) di bursa terbesar dunia, Binance, pada Selasa lalu. Bagi banyak pengguna, janji keuntungan finansial dari koin kripto sudah cukup bagi mereka untuk memberikan data pribadi.

Ali, seorang mahasiswa teknik kimia berusia 22 tahun yang telah berinvestasi di kripto menggunakan uang pinjamannya, mengatakan bahwa dia menghitung bahwa 25 token gratis bisa dijual seharga 70 hingga 80 dolar AS (Rp1,05 - 1,2 juta)  dengan harga saat ini.

"Saya bilang kepada saudaraku tentang ini pagi ini. Saya bilang kepadanya, 'Ini uang gratis, kamu mau ikut denganku untuk mendapatkannya?'" ujar Ali.

Baik Christian maupun Ali mengatakan bahwa mereka belum membaca kebijakan privasi Worldcoin, yang menyatakan bahwa data dapat diberikan kepada pihak subkontraktor dan dapat diakses oleh pemerintah dan otoritas, meskipun juga disebutkan bahwa langkah-langkah telah diambil untuk mengurangi risiko dan menggunakan enkripsi untuk mencegah akses yang tidak sah.

"Ini cukup mengkhawatirkan, tetapi menurut saya banyak perusahaan yang memiliki data kita saat ini," kata Ali.

Kelompok kampanye privasi Big Brother Watch di Inggris mengatakan bahwa ada risiko data biometrik dapat diretas atau disalahgunakan.

"Sistem ID digital meningkatkan kontrol negara dan perusahaan atas kehidupan individu dan jarang memberikan manfaat luar biasa seperti yang sering diatributkan oleh para teknokrat," kata Madeleine Stone, petugas advokasi senior.

Proyek ini juga menarik perhatian regulator, saat regulator data Inggris memberitahu Reuters bahwa mereka sedang menyelidiki peluncuran Worldcoin di Inggris.

Di sebuah mal di Bengaluru, India, operator orb mendekati para pengunjung pada Selasa dan menunjukkan cara untuk mendaftar. Sebagian besar yang diwawancarai oleh Reuters mengatakan bahwa mereka tidak khawatir tentang privasi.

Salah satu pengguna baru, Sujith, seorang mahasiswa perdagangan berusia 18 tahun, mengatakan bahwa dia tidak membaca detail kebijakan privasi Worldcoin dan sebenarnya tidak terlalu mempermasalahkannya. Dia mengatakan dia berinvestasi di kripto dengan uang saku yang sedikit dari keluarganya.

"Saat saya sedang berjalan, mereka bertanya apakah saya ingin mendapatkan beberapa koin gratis. Jadi (saya pikir) mengapa tidak?" katanya.