Serunya Mengunjungi Pasar Batik Bromo di Tengah Kemeriahan Jazz Gunung Bromo 2023

JAKARTA - Pasar Batik Bromo jadi salah satu daya tarik bagi wisatawan Bromo yang hadir dalam festival musik Jazz Gunung Bromo 2023 yang berlangsung di Jiwa Jawa Bromo pada 21-22 Juli kemarin.

Sigit Pramono selaku founder Jazz Gunung Indonesia sekaligus penggagas Pasar Batik Bromo memiliki inisiatif untuk melestarikan batik dari berbagai daerah saat acara musik di Bromo berlangsung.

“Upaya kita ini sebenarnya sebagai cara kita bisa melestarikan batik. Karena pembatik di beberapa daerah itu usianya sudah berumur, bisa terancam punah diantaranya batik Rifaiyah ini,” kata Sigit Pramono dalam rilis tertulis yang diterima VOI pada Minggu, 23 Juli.

Batik Rifaiyah yang berasal dari Batang, Jawa Tengah menjadi salah satu batik yang ditampilkan. Pengunjung diperkenalkan dengan batik Rifaiyah dan seniman batik aslinya secara langsung.

Dudung Alisjahbana yang dikenal sebagai maestro batik Indonesia menyatakan bahwa upaya melestarikan batik Rifaiyah ini bisa menyelamatkan seluruh batik di Indonesia. Ia mengatakan batik Indonesia harus jadi bagian warga negara dunia.

“Saat ini UNESCO kan sudah meresmikan batik dari Indonesia. Nah, itu tidak cukup, batik harus jadi warga negara dunia dan dipakai seluruh warga negara lain. Maka dari itu, lewat acara Jazz Gunung yang melibatkan turis mancanegara kita perkenalkan,” kata Dudung.

Pengunjung juga ditawarkan untuk mengikuti tiga aktivitas dalam Pasar Batik Bromo. Pengunjung lokal maupun internasional bisa berbelanja batik, mengunjungi Rumah Batik Afifah, workshop batik dan bincang bersama melestarikan batik Rifaiyah.

Rangkaian acara Jazz Gunung Bromo 2023 yang mengangkat etnis lokal ini diharap bisa melebarkan destinasi wisata Bromo. Tidak hanya menikmati pemandangan matahari terbit, wisatawan juga bisa mengeksplorasi musik jazz dan wisata batik tradisional.