‘Rasanya seperti Digigit Semut’, di Balik Ungkapan Jokowi Mengistilahkan Suntik Vaksin

JAKARTA - Rasanya seperti digigit semut. Ungkapan ini acapkali disematkan dengan proses suntik.

Ada banyak orang takut, mungkin karena dijejali sejak kecil. Gemetaran bahkan sampai menangis saat melihat jarum suntik. Harus ditenang-tenangkan orang di sekitarnya. Lantas terucap analogi, rasanya seperti digigit semut kok.

Pun kala vaksinasi COVID-19 yang istilah 'rasanya seperti digigit semut' mengemuka lagi. Istilah ini juga datang dari Presiden Joko Widodo saat menjalani suntik vaksin pertama COVID-19.

Para ahli menilai ungkapan ‘rasanya seperti digigit semut’ punya maksud agar masyarakat tak merasa takut saat disuntik vaksin COVID-19. Jauh-jauh hari, Presiden Jokowi memang bicara suntik vaksin COVID-19 menjadi salah satu upaya pemerintah menghentikan pandemi yang membuat segalanya mau tak mau berubah dari awal Maret 2020.

"Divaksin semua kayak anak anak kecil kalau pas vaksinasi itu lho. Kayak digigit semut, cekit, gitu saja sudah," kata Jokowi seperti dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden saat acara pembagian modal bantuan kerja pada Desember 2020 .

Seperti Jokowi, sejumlah tokoh publik yang sudah menerima vaksinasi yaitu artis Raffi Ahmad juga menyatakan hal yang sama. Hal ini disampaikannya setelah dia menerima vaksin COVID-19 untuk kedua kalinya pada Rabu, 27 Januari.

"Kayak digigit semut habis itu. Tapi Alhamdullilah sudah, cuma ngantuk sedikit, sama pegel, enggak ada yang gimana-gimana," terang Raffi lewat siaran langsung YouTube Sekretariat Presiden. 

Pesan bergaya metafora

Adanya ungkapan suntik vaksin hanya seperti digigit semut ini kemudian ditanggapi oleh  budayawan Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI) Mu'jizah. Dia mengatakan apa yang disampaikan Jokowi dan sejumlah tokoh publik tersebut adalah gaya metafora sehingga mengesankan vaksin ini aman dan masyarakat tidak mendapatkan efek apapun.

"Oleh sebab itu digunakan gaya metafora yang membuat perbandingan suntikan vaksin seperti gigitan semut," katanya saat dihubungi VOI melalui pesan singkat, Kamis, 28 Januari.

Dilansir dari berbagai sumber, jenis metafora yang digunakan oleh Presiden Jokowi dan tokoh publik yang menyebutkan 'divaksin rasanya seperti digigit semut' adalah majas litotes yang merupakan pertentangan dan umumnya digunakan untuk merendahkan meski bisa saja faktanya justru sebaliknya.

Contoh majas litotes adalah 'silakan mampir ke gubuk kami yang sederhana ini'. Ada pun yang dimaksud gubuk dalam kalimat ini adalah rumah.

"Jadi itu adalah sebuah ungkapan yang bermaksud agar orang tidak takut terhadap suntikan vaksin. Sebab, sakitnya memang hanya seperti sakit digigit semut," jelas dia.

Sementara psikolog Kasandra Putranto menyatakan, pernyataan yang disampaikan oleh Presiden Jokowi dan tokoh publik ini merupakan bentuk dari teori sugesti dan mindfulness. Sehingga ke depan, masyarakat tak perlu khawatir untuk menerima vaksin COVID-19 untuk menghentikan pandemi COVID-19.

"Artinya ini menenangkan dan menyatakan bahwa ini memang tidak sakit," pungkasnya.