Heboh Soal Antraks, Kenali Gejala dan Cara Mengantisipasinya

YOGYAKARTA - Antraks adalah salah satu penyakit yang menyerang hewan yang juga bisa menular terhadap manusia. Penyakit hewan tersebut ada di hewan pemakan rumput dan beberapa hewan liar. Penyakit antraks yang memiliki kata baku Anthrax tergolong ke occupational disease. Disebut juga sebagai penyakit tanah.

Antraks menular pada manusia yang bersinggungan langsung dengan hewan yang terkena virus tersebut. Sempat viral di Gunung Kidul Yogyakarta terkait dengan penyakit ini setelah Lebaran Haji tahun 2023. Penyakit ini sebenarnya sudah sangat lama, ini sangat menakutkan saat itu sebelum adanya COVID-19 bahkan banyak peternak yang dihanguskan hewan ternaknya karena hewan ini.

Penyebab Penyakit Antraks

Penyakit antraks disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis. Bakteri tersebut merupakan bakteri batang gram positif, bersifat aerob (facultative anaerob), dapat membentuk spora bila dalam kondisi lingkungan yang kurang sesuai.

Biasanya antraks berkembang dalam suhu tertentu yang mengakibatkan cepat terjadinya penularan. Antraks sendiri bermula dari tanah yang tersalurkan melalui saluran pencernaan pada hewan dan menular ke manusia. Spora antraks dalam tanah bisa bertahan hingga 40 tahun.

Ini tentu menjadi salah satu fokus daripada pemutusan penyakit antraks. Antraks berkembang melalui basilnya. Basil Anthrax dapat menghasilkan toxin yang menyebabkan kematian walaupun telah dilakukan pengobatan dengan antibiotik.

Dahulu antraks dianggap tidak dapat berkembang di iklim tropis hanya saja ternyata antraks ternyata dapat tumbuh seperti yang terjadi di Gunung Kidul setelah lebaran haji 2023. Hal tersebut terjadi karena intensitas antara manusa dan hewan ternak bertambah.

Penyakit timbul secara enzootis pada saat tertentu sepanjang tahun dengan lokasi terbatas yang disebut Daerah endemis Anthrax.

Tercatat terdapat 14 provinsi yang memiliki daerah endemis Anthrax yaitu Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat, Jawa tengah, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Barat, dan Gorontalo.

Tipe penyakit antraks ada tiga tipe yang dibagi berdasarkan penularanya.

  1. Anthrax cutaneous
  2. Anthrax paru
  3. Anthrax usus

Anthrax usus menyebabkan 25-60% penderita meninggal dunia. Sedangkan yang lainya tercatat lebih sedikit menjadikan orang meninggal.

Anthrax cutaneus (kulit), memiliki gelaja sebagai berikut

  1. Rasa gatal pada kulit
  2. Lesi yang khas ( pustula maligna) yang dalam 2-6 hari berubah menjadi jaringan parut hitam (eschar) yang dikelilingi oleh edema sedang hingga berat.
  3. Rasa sakit tidak terasa kecuali terjadi infeksi sekunder.

Anthrax inhalation (paru) memiliki gejala sebagai berikut

  1. Gejala awal sangat ringan dan tidak spesifik (demam, lemas, batuk ringan dan sakit dada).
  2. Gejala akut berupa gangguan pernafasan, demam dan syok.
  3. Dapat menimbulkan kompilasi diantaranya meningitis.

Anthrax gastrointestinal (pencernaan)

  1. Radang usus akut, mual-mual, muntah, demam, nyeri perut, muntah darah, dan diare berat. gangguan menelan,
  2. Antraks usus menyebabkan 25-60% penderita meninggal dunia.
  3. Pembengkakan kelenjar limfe leher dan sekitarnya.

Penyakit antraks memiliki 3 cara penularan yaitu melalui kulit, pernapasan, dan pencernaan.

Dari penularan kulit sangat memungkinkan bahwa antraks menular dengan cara bersentuhan seperti saat momen melakukan penyembelihan hingga pemotongan

  1. Menyentuh produk dari hewan yang terkontaminasi seperti wool, tulang, rambut.
  2. Infeksi terjadi saat bakteri memasuki tubuh melalui luka atau goresan pada kulit.
  3. Infeksi melalui vektor berupa lalat yang membawa spora dari hewan terinfeksi.

Melalui pernapasan antraks dapat menular dengan kita menghirup (menghisap) spora bakteri. Sedangkan melalui pencernaan yaitu sudah jelas bahwa kita mengkonsumsi daging tersebut.

Cara Mencegah Antraks di Masyarakat

Jangan menyembelih hewan kurban yang sakit atau pemakan rumput apabila sakit jangan disembelih. Ini juga sudah diatur dalam aturan penyembelihan hewan kurban bahwa hewan yang disembelih haruslah sehat.

Yang terjadi di Gunung kidul dan sebagian wilayahnya adalah asal menyembelih dan bagi para pedagang yang menjual hewan kurban dalam kondisi yang sakit.