Belanda Kembalikan Benda Bersejarah: Ada Meriam Kandy Sri Lanka hingga Emas Lombok Indonesia, Bagaimana Peninggalan Pangeran Diponegoro?

JAKARTA - Pemerintah Belanda mengumumkan rencana pengembalian ratusan benda bersejarah, mulai dari meriam yang dihiasi perhiasan dan logam mewah hingga benda emas-perak yang diambil paksa pada masa penjajahan, kepada Indonesia dan Sri Langka.

Total ada sekitar 478 benda budaya yang akan dikembalikan oleh Belanda kepada kedua negara, menurut pengumuman yang dilakukan pada Hari Kamis lalu.

"Ini momen bersejarah. Baru pertama kali, atas rekomendasi Komite Penasehat Pengembalian Benda Budaya dari Konteks Kolonial, kami mengembalikan benda yang seharusnya tidak pernah ada di Belanda," kata Menteri Negara Bidang Kebudayaan dan Media Gunay Uslu, dilansir dari Associated Press 7 Juli.

"Rekomendasi ini merupakan tonggak sejarah dalam menangani koleksi dari konteks kolonial," ujar Uslu seperti mengutip DW dari AFP.

Komite tersebut dibentuk setelah adanya permintaan dari Indonesia untuk mengembalikan beberapa karya seni dan koleksi sejarah alam dari bekas penguasa kolonial Belanda.

Salah satu yang menarik dari barang rampasan yang akan dikembalikan ke Sri Lanka adalah Meriam Kandy, senjata seremonial yang terbuat dari perunggu, perak dan emas, serta bertatahkan batu rubi. Tak hanya itu, larasnya dihiasi dengan simbol Raja Kandy: matahari, setengah bulan dan singa Sinhala.

"Meriam Lewke" dari abad ke 18 tersebut diyakini sebagai hadiah dari seorang bangsawan Sri Lanka bernama Lewke Disava kepada Raja Kandy sekitar tahun 1745-46.

Meriam itu telah menjadi koleksi Rijksmuseum, museum seni dan sejarah nasional sejak 1800. Menurut museum, meriam itu dijarah oleh pasukan Perusahaan Hindia Timur Belanda selama pengepungan dan penjarahan Kandy pada 1765.

Selain Meriam Kandy, benda bersejarah lainnya yang akan dikembalikan yakni "harta karun Lombok" yang terdiri dari ratusan benda emas dan perak, yang dijarah oleh tentara kolonial Belanda, setelah merebut Istana Cakranegara di Pulau Lombok pada tahun 1894.

Direktur Rijksmuseum Taco Dibbits menyebut keputusan untuk mengembalikan meriam dan lima benda lainnya sebagai "langkah positif bekerja sama dengan Sri Lanka."

"Hubungan dan pertukaran pengetahuan yang dibangun antara kedua negara di bidang penelitian dan sejarah bersama merupakan fondasi yang kuat untuk masa depan," tambahnya dalam sebuah pernyataan.

Selain pengembalian saat ini, komite dimaksud juga akan membuat keputusan tentang artefak lain di masa depan, kata lembaga penyiaran publik NOS.

Ini termasuk karya seni dari Nigeria dan juga koleksi Dubois yang mencakup tali kekang kuda Pangeran Diponegoro, pahlawan Indonesia yang menentang pemerintahan kolonial Belanda pada abad ke-19.

Diketahui, Raja Belanda Willem-Alexander sebelumnya mengeluarkan permintaan maaf kerajaan yang bersejarah atas keterlibatan Belanda dalam perbudakan di era kolonial.