Feng Shui, Dipercaya Sebagai Pedoman Untuk Mendapatkan Nasib Baik
JAKARTA – Mengapa banyak orang percaya pada pedoman berisi cara-cara mendapatkan nasib baik lewat benda-benda di sekitar tempat tinggal? Jawaban ini sangat personal bagi setiap orang.
Banyak orang percaya dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari meski tak sedikit juga yang ragu.
Feng shui tersusun dari dua kata feng berarti ‘udara’ dan shui artinya ‘air’. Feng shui berasal dari tradisi Taoisme yang dipercaya sejak 3.000 tahun lalu dan secara praksis membantu orang dalam menyelaraskan energinya dengan lingkungannya.
Dilansir Healthline, secara logis penataan ruangan memang berpengaruh pada mood orang yang tinggal di dalamnya. Hal tersebut sejalan dengan pedoman-pedoman berdasarkan feng shui.
Feng shui sendiri erat dengan lima elemen alam dan arah mata angin. Kedua unsur tersebut sebagai landasan pedoman.
Artikel yang diterbitkan College of Arts and Sciences di The Ohio University berjudul Fengshui: Science vs. Pseudoscience menuliskan tentang kesulitan dalam mengkategorikan feng shui, antara sains atau pseudosains.
Lima elemen alam dalam feng shui antara lain logam, kayu, air, api, dan tanah. Lima elemen ini saling menciptakan dan menghancurkan. Jaman dahulu, orang yang haus akan meletakkan pedang di atas mangkuk. Saat pagi hari, mangkuk akan terisi air.
Baca juga:
Contoh tersebut merupakan satu penggambaran tentang proses penciptaan antar elemen. Jika elemen logam dipercaya dapat menciptakan air jika bertemu elemen lainnya. Secara sains, proses penciptaan air berasal dari uap air terkonsentrasi dari logam terutama saat malam dingin.
Namun, menerangkan feng shui dengan sudut pandang logis serta rasional sama saja memasukkan pedoman yang dipercaya selama ribuan tahun ini ke dalam kerangkeng pseudosains.
Artinya, dapat dianggap sebagai sebuah bentuk seni budaya timur sebab pedoman artistik dalam feng shui diimplementasikan di berbagai bidang keilmuan, misalnya arsitektur dan desain interior.
Berbagai aspek dalam hidup, seperti kesehatan, kekayaan, pernikahan, dan ketenaran, dijelaskan oleh para ahli feng shui dengan peta Bagua. Peta ini berfungsi membantu menentukan tata letak objek, tata ruang, dan warna agar optimal dalam menciptakan keharmonisan.
Laura Cerrano, ahli feng shui menyarankan untuk menghilangkan kekacauan di setiap ruangan. Kekacauan tidak hanya sekedar estetika, tetapi termasuk kekacauan dalam pikiran yang dapat menyebabkan stres.
“Jangan berekspektasi tentang keajaiban datang dari feng shui. Anda tidak dapat menghidupkan orang mati,” kata Laura Cerrano.
Keajaiban itu selalu ada, maka tetaplah berpikiran terbuka meski tidak yakin seutuhnya pada feng shui. Karena, menurut Cerrano, feng shui tidak akan besar pengaruhnya selama Anda tidak berusaha mendapatkan nasib baik.