Mendag Lutfi Sebut Ekonomi Indonesia Sedang Berlari, tapi di 'Tanjakan'

JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi berujar sektor perdagangan Indonesia masih dalam kondisi sangat mengkhawatirkan. Apabila dilihat dari surplus perdagangan Indonesia sepanjang 2020 yang mencapai 21,7 miliar dolar AS.

"Itu menurut saya sangat mengkhawatirkan. Kenapa? Karena kalau kita lihat di situ ekspornya turun 2,6 persen. Meskipun non migas turun hanya 0,5 persen. Tetapi impornya turun lebih jauh menjadi 17,3 persen," tuturnya, dalam acara webinar 'Akselerasi Pemulihan Ekonomi', Selasa, 26 Januari.

Bahkan, surplus yang terjadi di tahun 2020 untuk pertama kali paling tinggi sejak 2012 lalu. Meski begitu, kata Lutfi, secara agregat masih terjadi pelemahan.

Menurut Lutfi, jika tidak terjadi keseimbangan antara ekspor dan impor atau impor dalam negeri mengalami penurunan secara drastis. Maka dikhawatirkan akan terjadi pelemahan-pelemahan terhadap sektor produksi yang menjadi basis konsumsi di dalam negeri.

Lebih lanjut, Lutfi berujar, jika dilihat lagi ke dalam, yang menjadi koefisien dari surplus tersebut menunjukan terjadi pelemahan karena barang yang diimpor 70,2 persen adalah bahan baku dan bahan penolong.

"Jadi kalau saya menganalogikan dua hal tersebut adalah begini. tahun 2012 ketika kita surplus lebih dari 20 miliar dolar, ketika kita lari maraton ini turunan. Hari ini (2020) kita lagi lari maraton tanjakan tergopoh-gopoh dan paling penting kita mesti mengerti pada saat ini sedang terjadi injury di dalam badan kita," tuturnya.

Sekadar informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada tahun 2020 Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan hingga 21,74 miliar dolar AS.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, nilai perdagangan sepanjang tahun 2020 tersebut merupakan yang tertinggi dalam sembilan tahun terakhir. Sebab pada tahun 2011 lalu, nilai neraca perdagangan sepanjang tahun mengalami surplus hingga 26,06 miliar dolar AS.

Suhariyanto berujar, surplus neraca perdagangan terjadi lantaran nilai ekspor Indonesia yang lebih besar dibandingkan dengan nilai impor. BPS juga mencatat, selama tahun 2020 nilai ekspor Indonesia mencapai 163,3 miliar dolar AS.

Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, total nilai ekspor tersebut mengalami kontraksi 2,61 persen. Sementara untuk total impor selama 2020 mencapai 141,5 miliar dolar AS. Jumlah tersebut mengalami kontraksi 17,34 persen bila dibandingkan dengan tahun 2019 lalu.

Adapun rinciannya, ekspor secara tahunan untuk migas turun 29,52 persen, pertanian naik 13,98 persen, industri pengolahan naik 2,95 persen, dan pertambangan turun 20,7 persen. Sedangkan impor bila dilihat berdasarkan penggunaan barang terdiri atas impor barang konsumsi yang turun 10,93 persen, bahan baku penolong minus 18,32 persen, dan barang modal melorot 16,73 persen.