InJourney Butuh PMN Rp1,19 Triliun, Menteri BUMN Ungkap Alasannya
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengakui arus kas atau cash flow Holding Pariwisata dan Aviasi, InJourney negatif. Salah satunya karena pendapatan bandara-bandara yang dikelola Angkasa Pura I dan II sebagai anggota holding anjlok di masa pandemi COVID-19.
“InJourney kita lihat bahwa cashflow dari InJourney sendiri sebagai catatan yang memang dalam posisi negatif pada saat COVID-19 waktu itu. Dimana waktu itu kita bisa lihat pendapatan airport-airport kita tentu dalam posisi negatif,” tuturnya dalam rapat dengan Komisi VI DPR, Kamis, 15 Juni.
“Tetapi sebagai pelayanan masyarakat tidak mungkin airport ini di stop pada saat COVID-19 sehingga tetap kita jalankan,” sambungnya.
Sementara, Erick mengatakan di masa COVID-19 hanya dua bandara yang mulai bangkit yakni Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali, dan Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Sementara sisanya belum kembali normal.
Kata Erick, di tengah tekanan operasional bandara-bandara anggota InJourney di masa pandemi COVID-19, InJourney juga mendapatkan penugasan untuk mengembangkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika.
Dengan kondisi tersebut, bandara-bandara anggota InJourney belum bisa membantu untuk membiayai infrastruktur di Mandalika yang ditugaskan kepada holdingnya.
“Nah tidak mungkin cashflow ini menggendong anak usaha InJourney lainnya seperti di Mandalika yaitu percepatan infrastruktur di Mandalika. Itu lah kenapa pendanaan itu dilakukan,” ucapnya.
Baca juga:
Pendaanan yang dimaksud Erick adalah penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp1,19 triliun dengan pembagian sebesar Rp1,05 triliun untuk menambal utang proyek Mandalika. Serta, Rp143 miliar sisanya untuk mendukung proses pembangunan KEK Sanur, Bali.
Erick mengatakan bantuan dana PMN sebesar Rp1,19 triliun untuk diupayakan menjadi salah satu faktor penyehatan kondisi keuangan perusahaan. Sambil di sisi lain, menunggu pemulihan dari bandara-bandara di Indonesia.
“Salah satunya dana Rp1,2 triliun (Rp1,19 triliun PMN) ini sebenernya tidak hanya memaksa dari pada aiprort-airport sendiri yang sekrang recover, ada yang sudah bagus, tetapi masih ada 70 persen aiprort yang belum recover,” katanya.
Seperti diketahui, InJourney mewarisi utang sebesar Rp4,6 triliun. Riciannya, untuk jangka pendek Rp1,2 triliun dan utang jangka panjang Rp3,4 triliun yang bikin arus kas negarif.