15 Pesawat Pemerintah Siaga Modifikasi Cuaca Atasi Bencana Karhutla
JAKARTA - Pemerintah menyiapkan sebanyak 15 pesawat disiagakan untuk modifikasi cuaca sebagai upaya menekan atau menghindari kebakaran hutan dan lahan alias karhutla di Tanah Air.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya mengatakan, sejauh ini ada tujuh provinsi yang telah menerapkan status darurat karhutla.
"Ada 15 unit pesawat yang siaga dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)," ujarnya dalam pernyataan yang dikutip di Jakarta, Rabu.
Siti merinci, tujuh provinsi itu adalah Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan.
Sedangkan pada April sampai Juni 2023, Siti mengatakan pemerintah telah melakukan modifikasi cuaca di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Barat.
Penerapan teknologi modifikasi cuaca yang dahulu dikenal sebagai teknologi hujan buatan merupakan bagian dari upaya pencegahan karhutla dengan cara pembasahan gambut.
Baca juga:
- Gerindra-PKB Masih Buka Peluang Partai Lain Gabung Koalisi Tentukan Nama Cawapres
- Kualitas Udara Jakarta Terus Buruk, DPRD Pertanyakan Pengawasan Pemprov DKI
- PDIP Bantah Ada Kontrak Politik Jika Ganjar Jadi Presiden
- Main Mata dengan Pria di Facebook, Istri di Sumsel Tewas Dihabisi Suami Pakai Pisau Dapur
Pemerintah menugaskan perusahaan swasta untuk mengatasi karhutla gambut yang terjadi di sekitar kawasan milik perusahaan swasta tersebut.
Siti mengungkapkan pola kebakaran hutan yang agak berbeda terjadi di Riau. Hutan yang terbakar biasanya intens pada Maret sampai April, lalu turun pada bulan berikutnya.
Kemudian karhutla kembali naik pada Juni. Bencana itu terus bergerak naik sampai Agustus dan mencapai posisi tertinggi pada pertengahan September.
"Saat ini masuk bulan Juni, mulai bulan panas," ujarnya.
Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau tahun ini akan sama dengan tahun 2019. Sebanyak 28 persen wilayah Indonesia atau 194 Zona Musim (ZOM) telah memasuki musim kemarau pada Juni 2023.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan fenomena El Nino yang semakin menguat dengan adanya Indian Ocean Dipole (IOD) menuju positif dapat memicu kekeringan saat mudik kemarau di Indonesia.