Pengamat: RUPS, Saat Tepat Menjelaskan Pertamina Bisa Bangkit dari Situasi Sulit
JAKARTA - Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang akan digelar Pertamina dalam waktu dekat, menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Menurut pengamat ekonomi dan bisnis Izaac Tony Matitaputy, saat itulah Direksi akan menjelaskan, bagaimana BUMN tersebut bisa bangkit dari situasi sulit dan kondisi ketidakpastian, sampai akhirnya meraih laba tertinggi dalam sejarah dan berkontribusi besar kepada negara.
“Makanya menurut saya, bukan bahasan laba besar yang menarik. Yang menarik dan ditunggu adalah, bagaimana Pertamina mencapai semua itu. Bangkit di tengah kondisi sulit dan penuh ketidakpastian. Direksi harus menjelaskan hal tersebut pada RUPS. Termasuk, bagaimana akhirnya mereka berkontribusi sangat luar biasa kepada negara,” kata Izaac kepada media hari ini, Minggu 4 Juni.
Menurut Izaac, sepanjang 2022, meski ekonomi mulai pulih namun sebenarnya masih diliputi ketidakpastian. Di antaranya, terkait kondisi geopolitik akibat perang Rusia-Ukraina serta harga minyak dunia yang melambung tinggi. Dengan demikian, imbuhnya, faktor-faktor pendorong BUMN tersebut bisa mengatasi situasi sulit yang harus dijelaskan sampai akhirnya bisa meraih kinerja sangat positif.
Di antara berbagai faktor, Izaac tidak menepis bahwa digitalisasi Pertamina berpengaruh sangat signifikan. Melalui digitalisasi, Pertamina bisa meningkatkan efisiensi di berbagai lini bisnis.
“Betul, ini salah satu kunci. Dengan digitalisasi, kualitas semakin terkontrol, distribusi terkontrol. Yang berkualitas buruk dan tidak efektif pun akan terpantau sehingga bisa segera dibuang. Dengan demikian efisiensi semakin meningkat dan mengatrol pula laba perusahaan,” jelas Izaac.
Tetapi memang tidak hanya itu. Beberapa faktor lain, bisa jadi juga berpengaruh terhadap kinerja Pertamina.
Baca juga:
“Termasuk kemungkinan perubahan regulasi dengan para mitra di luar negeri sehingga berpengaruh pula terhadap pendapatan di setiap transaksi,” kata dia.
Kinerja Pertamina memang sangat positif sepanjang 2022. Didukung efisiensi yang terus meningkat, BUMN energi tersebut meraih laba jumbo, Rp56 triliun, yang merupakan terbesar sepanjang sejarah. Berkat kinerja menggembirakan tersebut, selain berkontribusi signifikan dalam bentuk dividen kepada negara, Pertamina juga membayar pajak Rp219,06 triliun atau meningkat 88 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Apresiasi memang harus diberikan kepada Pak Menteri Erick Thohir dan juga Pertamina. Karena semakin besar keuntungan, semakin besar juga kontribusi kepada negara,” tutup Izaac.