PM Mongolia Mundur karena Gagal Tangani Pandemi COVID-19
JAKARTA - Perdana Menteri (PM) Mongolia Khurelsukh Ukhnaa telah mengajukan pengunduran diri ke parlemen. Hal itu sebagai bentuk pertanggungjawaban Khurelsukh akibat buruknya penanganan COVID-19 yang memicu unjuk rasa besar-besaran di Ulan Bator.
Melansir Reuters, Jumat, 22 Januari, Khurelsukh mengatakan dirinya yang harus bertanggung jawab karena tak berhasil menahan laju penyebaran COVID-19. Khurelsukh pun telah menuruti keinginan rakyat Mongolia untuk mengundurkan diri.
Akan tetapi, pengunduran dirinya perlu disetujui oleh parlemen. Sebelumnya, pada Rabu lalu, aksi unjuk rasa besar-besaran meletus di Ulan Bator.
Rakyat Mongolia menyampaikan protes karena pandemi COVID-19 masih mewabah di Mongolia. Lebih lagi, karena sebuah rekaman video menunjukkan perlakukan tidak manusiawi kepada pasien COVID-19 dan bayinya yang baru lahir.
Baca juga:
Dalam rekaman video, pasien COVID-19 tampak mengenakan gaun tidur dan sandal, tiba-tiba dipindahkan bersama bayinya ke fasilitas karantina milik pemerintah. Alhasil, gelora aksi protes itu menuntut pemecatan pejabat senior kesehatan, termasuk PM, Wakil PM, dan Menteri Kesehatan Mongolia diminta mengajukan pengunduran diri.
Sementara itu, pada tahap awal pandemi COVID-19 mewabah di Mongolia, negara tersebut telah mendapatkan pujian dari Organisasi Kesehatan Dunia, WHO. Mongolia, kata WHO telah menjadi salah satu negara yang berhasil menahan laju penyebaran COVID-19.
Sejauh ini Mongolia telah mengonfirmasi 1.584 kasus penularan COVID-19. Di antara itu, terdapat 2 kasus meninggal dunia.