Petugas Palestina Tewas dalam Bentrokan di Tepi Barat, Militer Israel Gelar Penyelidikan
JAKARTA - Pasukan Israel menewaskan seorang petugas keamanan Palestina dalam bentrokan di Kota Jenin, Tepi Barat, yang diduduki Israel pada Hari Senin, kata kantor berita resmi Palestina, Wafa.
Militer Israel mengatakan pihaknya sedang menyelidiki laporan tersebut. Sebelumnya mereka mengatakan dalam sebuah pernyataan, pasukannya mendapat tembakan dari Palestina, ketika berusaha menangkap tersangka keamanan di Jenin, lantas membalas tembakan ke arah orang-orang bersenjata itu.
Sementara itu, Partai Fatah pimpinan Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengidentifikasi petugas tersebut sebagai Ashraf Sheikh Ibrahim, mengatakan bahwa dia telah tewas "saat menghadapi agresi dan penyerbuan penjajah ke kota Jenin," melansir Reuters 29 Mei.
Terpisah, para pemukim yahudi meresmikan sebuah seminari di daerah Tepi Barat yang telah menjadi fokus pengawasan Amerika Serikat, menuai kecaman dari Palestina.
Dalam sebuah video yang diunggah di media sosial, pemimpin pemukim Yossi Dagan membacakan doa Yahudi di pintu masuk sekolah seminari Homesh, sebuah gubuk besar berwarna putih yang dibangun di puncak bukit Tepi Barat.
"Dengan pertolongan Tuhan... akan ada lebih banyak lagi permukiman baru di Samaria utara," katanya, merujuk pada Tepi Barat dengan nama yang disebutkan dalam Alkitab.
Diketahui, perundingan damai yang dipimpin oleh Amerika Serikat yang bertujuan untuk mendirikan negara Palestina di Tepi Barat, Yerusalem Timur dan Gaza gagal pada tahun 2014, tidak menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Sementara kekerasan Israel-Palestina telah meningkat selama setahun terakhir.
Sebagian besar negara menganggap permukiman Israel ilegal, sebuah pandangan yang dibantah oleh Israel. Warga Palestina mengatakan, pemukim menggerogoti tanah yang mereka inginkan untuk sebuah negara di masa depan, mengutip meningkatnya kekerasan yang dilakukan oleh para pemukim.
Presiden Abbas menegaskan Homesh harus disingkirkan.
"Pernyataan kecaman tidak lagi cukup dalam menghadapi pemerintah sayap kanan ekstremis (Israel)," kata juru bicaranya, Nabil Abu Rudeineh.
Dalam upaya untuk meredam kekhawatiran internasional, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan, Israel tidak berniat untuk membangun pemukiman baru karena pemerintah nasionalis-religiusnya telah berjanji untuk memperkuat permukiman yang sudah ada.
Baca juga:
- Korut Berencana Luncurkan Satelit Mata-mata, Jepang Kerahkan Pertahanan Rudal Balistik
- Pidato Kemenangannya di Bakhmut Diabaikan Media Pemerintah, Kepala Bos Grup Wagner Sebut Ada Larangan Kremlin
- Serukan Perpanjangan Gencatan Senjata, AS dan Arab Saudi Sebut Pelanggaran Hambat Bantuan Kemanusiaan
- Erdogan Menangi Pilpres: Presiden Biden, Putin, hingga Pemimpin Israel dan Palestina Berikan Ucapan Selamat
Juru bicara PM Netanyahu, Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich tidak segera menanggapi permintaan Reuters untuk memberikan komentar mengenai apakah ada di antara mereka yang mengesahkan pendirian seminari Homesh yang baru.
Pekan lalu, Smotrich, pemimpin partai Zionisme Yahudi yang pro-pemukim dan memegang beberapa kekuasaan di Tepi Barat, mengatakan Homesh secara resmi telah ditambahkan ke dalam tanah dewan permukiman, untuk menyusun rencana pembangunan baru bagi sekolah seminari tersebut.