Diprotes Pemegang Saham Saat RUPST Adaro, Greenpeace: Setop Bikin Bencana Iklim Makin Parah
JAKARTA - Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) diramaikan dengan protes oleh seumlah aktivis yang juga merupakan pemegang saham ADRO.
Protes yang dilayangkan adalah untuk menolak pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbahan bakar batu bara milik Adaro yang berlokasi di Kalimantan Utara.
Dalam video yang diunggah akun @greenpeaceid terlihat dua orang aktivis yang masuk ke ruangan tempat RUPS berlangsung dengan memegang spanduk kuning bertuliskan
"STOP PEMBANGUNAN PLTU BARU" sambil menyerukan "Stop pembangunan PLTU batu bara. Satu miliar orang akan terancam oleh krisis iklim akibat PLTU batu bara. Stop pembangunan PLTU batu bara baru!"
"Setop pembangunan PLTU batu bara karena batu bara adalah penyebab utama krisis iklim yang mengancam masa depan kita, yang mengancam masa depan saya, masa depan rakyat." seru aktivis tersebut.
Dalam unggahannya Greenpeace juga meminta Adaro untuk menghentikan pembangunan PLTU tersebut dengan menulis "Sudah tahu cuaca makin panas dan krisis iklim makin gawat bukannya serius transisi energi, eh ini malah berencana bikin PLTU Batubara baru," tulis Greenpeace yang dikutip Kamis 25 Mei.
Kemudian Greenpeace juga meminta Adaro untuk tidak ikut membuat bencana iklim smeakin parah dengan pembangunan PLTU batu bara.
"Hayo dong Adaro @adaroenergy stop bikin bencana iklim lebih parah, dengarkan kata pemegang saham, jangan lagi berinvestasi pada kehancuran. Kalian yang makin kaya, masyarakat yang mendapat bencana," pungkas Greenpeace.
Baca juga:
Sementara itu, Juru Kampanye Media Greenpeace Indonesia, Rahka Susanto mengatakan, alih-alih melakukan transisi enegri Adaro justru melanggengkan penggunaan enegri kotor batu bara untuk membangun PLTU baru guna menyuplai energi pada smelter aluminium baru.
"Pembangunan PLTU batu bara baru hanya akan memperburuk ampak krisis iklim, mencemari lingkungan dan mencederai komitmen Indonesia dalam proses transisi energi," ujarnya.
Ia juga mengimbau, sudah saatnya Adaro mendengarkan aspirasi para pemegang saham dan ikut bertanggung jawab dalam mencegah dampak krisis iklim.