Tim Putri Bukanlah Sekadar Pemanis Semata

JAKARTA - Cabang olahraga populer seperti sepak bola dan basket memiliki basis penggemar yang besar. Meski demikian, biasanya tim putri, tak punya pamor seperti tim putra.

Coba sebutkan siapa yang kemarin tergila-gila, berteriak histeris, atau terharu saat Timnas Sepak Bola U-22 Indonesia menyabet emas di SEA Games dengan menghajar Thailand 5-2, tapi juga turut menonton pertandingan sepak bola putri.

Jangankan Timnas Sepak Bola Putri Indonesia, fans Manchester United garis keras pun belum tentu menonton Ella Toone berlaga bersama Manchester United Women FC secara reguler.

Pada cabang olahraga bola basket, Los Angeles Lakers yang menjadi juara NBA sebanyak 17 kali pun tak ada tim putrinya. Lakers Girls hanya muncul di lapangan pada pertengahan laga untuk bersorak sorai menyemangati LeBron James dkk. Lakers Girls memang tak lebih dari grup pemandu sorak.

Di olahraga bola basket Indonesia, nasibnya tak jauh berbeda. Klub-klub basket, seperti Satria Muda, Prawira Harum, Dewa United pun tak ada tim untuk kaum hawa.

Bagaimana mau membuat tim kalau kompetisi bola basket putri pun tak terselenggara di Tanah Air?

Akan tetapi, terlepas dari ketiadaan itu semua, Timnas Bola Basket Putri Indonesia bisa jadi juara di Asia Tenggara dengan membawa pulang medali emas pada SEA Games Kamboja 2023. Tidak main-main, bahkan mereka menjadi jawara secara sempurna dengan menjadi tim tak terkalahkan di Kamboja, The Invicible.

Enam negara dilibas tanpa ampun di perhelatan olahraga terbesar Asia Tenggara.

Dimulai dengan mengalahkan Vietnam 67-62 di gim pembuka, menang tipis atas Thailand 70-69, menaklukkan Malaysia 85-57, menghancurkan Filipina 89-68, menghajar Kamboja 100-54, dan terakhir menumbangkan Singapura 86-39.

Cerita kemenangan tim basket putri pun bukan sekadar perihal meraih emas, tapi juga tentang rekor dan sejarah yang dipersembahkan untuk Ibu Pertiwi.

Tim basket putri Indonesia disebut-sebut dikutuk dengan tak pernah menang di gim pertama SEA Games. Di Kamboja, para perempuan Indonesia ini membuktikan itu mitos belaka.

Di Kamboja pula, sejarah terukir untuk Indonesia di bidang olahraga. Ini adalah emas pertama yang pernah didapatkan oleh Tim Bola Basket Putri selama Indonesia mengikuti kompetisi olahraga Asia Tenggara tersebut.

Emas pertama setelah 64 tahun SEA Games diselenggarakan, atau 46 tahun setelah Indonesia berpartisipasi dalam ajang olahraga negara-negara ASEAN.

Sebelumnya, capaian medali Timnas Bola Basket Putri selama SEA Games tidak pernah lebih bagus dari perak. Pada tahun 1991 di Quezon City meraih perak, tahun 1997 di Jakarta mendapat perunggu, pada 2015 di Singapura dapat perak, meraih perunggu pada 2017 di Kuala Lumpur, perunggu lagi di Filipina pada 2019, dan medali perak pada 2021 di Hanoi.

Adelaide Callista Wongsohardjo, Agustin Gradita Retong, Clarita Antonio, Dewa Ayu Made Sriharta Kusuma, Dyah Lestari, Henny Sutjiono, Kadek Pratita Citta Dewi, Kimberley Pierre Louis, Nathanea Claresta Orville, Peyton Alexis Whitted, Priscilla Annabel Karen, dan Yuni Anggraeni.

Itulah nama-nama pencetak sejarah bola basket putri Indonesia, seperti yang dilansir dari Antara.

Cerita di Balik Medali Emas

Kebanyakan orang memang selalu melihat hasil, tanpa tahu seperti apa prosesnya. Timnas Bola Basket Putri jauh dari sorot media, sedikit yang mengenalnya. Berangkat ke Kamboja tanpa diantar, tapi ketika pulang dijemput dan disambut, bahkan diarak keliling Kota Jakarta.

Di balik emas itu ada anak-anak perempuan yang jauh dari orang tuanya selama satu tahun. Di belakang kemenangan itu ada napas yang hampir habis karena dipaksa lari berkali-kali, dan dari semua itu juga ada sekelompok atlet putri yang jatuh sakit berbarengan sampai-sampai dirawat di rumah sakit bersamaan.

Itu adalah sedikit dari banyak pengorbanan dari program pemusatan latihan (training camp, TC) yang dilaksanakan oleh PP Perbasi selama satu tahun.

Ketua Umum PP Perbasi Danny Kosasih dan Manajer Timnas Basket Putri Christoper Tanuwidjaja sepakat untuk mengadakan program pemusatan latihan jangka panjang selama satu tahun. Hal itu diputuskan lantaran tidak ada kompetisi basket putri di Tanah Air yang bisa mengasah kemampuan mereka.

Timnas putri dikirim ke luar negeri, digembleng habis-habisan untuk mengeluarkan potensi terbaik dari diri mereka.

Usaha tak mengkhianati hasil. Tim putri berhasil menyabet emas tanpa kekalahan sekalipun juga. Bahkan, empat dari total 12 pemain putri itu juga bertanding di nomor bola basket 3x3 putri yang juga mendulang medali perunggu.

Kapten Timnas Bola Basket Putri Henny Sutjiono sungguh berharap emas ini bukan yang terakhir. Sama halnya seperti yang disampaikan oleh Ketua Umum Perbasi, bola basket juga akan menjadikan emas sebagai tradisi.

Henny sangat ingin ada kompetisi liga basket putri di Tanah Air. Keinginannya sama dengan keinginan Menteri Pemuda dan Olahraga Dito Ariotedjo yang sudah meminta untuk diadakannya liga basket putri.

Perbasi menyanggupi. Disebarlah undangan untuk para klub basket berpartisipasi dalam liga basket putri yang sudah dirancang oleh Perbasi. Namun sayang, hanya satu klub dari Surabaya yang mau ikut berkompetisi.

Batas waktu pendaftaran pun diperpanjang dari yang seharusnya. Akan tetapi tetap saja peserta kompetisi tak bertambah.

Semoga saja emas SEA Games dari Timnas Bola Basket Putri bisa menjadi momentum kebangkitan olahraga bola basket Indonesia, termasuk bola basket putri.

Sekali lagi, jangan pandang sebelah mata tim basket putri. Mereka bukan figuran, mereka adalah para pengukir sejarah.