Gara-Gara COVID-19, Bar Khusus Gay Spijkerbar di Amsterdam 'Jadi' IKEA
JAKARTA - Ada-ada saja ulah bar khusus gay ini. Protes dengan tidak maksimalnya pembatasan akibat pandemi COVID-19, bar bernama Spijkerbar yang terletak di Amsterdam, Belanda ini melakukan langkah nyeleneh dan bisa menyeret mereka ke ranah hukum.
Ya, bar yang didirikan pada tahun 1978 dan menjadi bar khusus gay tertua di Amsterdam ini menutup logo mereka yang legendaris, dengan logo ritel furnitur asal Swedia, IKEA. Kebetulan, warna dasar logo mereka sama-sama kuning.
Ini bermula dari kesulitan ekonomi yang dihadapi Steven Koudijs dan Tomas Adamer yang mengambil alih Spijkerbar pada 1 Maret 2020 lalu. Memiliki bar legendaris, apa daya impian mereka terkait bar ini harus pupus, saat Pemerintah Belanda mengumumkan
akibat virus korona, hanya dua minggu setelah mereka resmi membelinya.
“Kami sudah merencanakan satu bulan lagi untuk serah terima dengan pemilik sebelumnya dan ingin mulai pada 1 April. Tapi itu tidak pernah terjadi. Namun, pada kontrak pembelian, secara resmi 1 Maret. Ini juga saat sewa tempat ini dimulai,"kata Koudijs melansir euronews.
"Kami juga berpikir akan mengeluarkan sejumlah uang untuk melakukan renovasi. Ya, renovasi karena kondisi bar ini cukup rusak," imbuhnya.
Spijkerbar sempat mendapat angin segar, saat Pemerintah Belanda melonggarkan penguncian menjadi pembatasan. Mereka pun bisa buka pada rentang Juni hingga Oktober 2020 dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19, termasuk membatasi tamu hanya berkisar 20-25 orang.
Beban biaya
Kian menyebarnya pandemi Covid-19 membuat penguncian kembali dilakukan Pemerintah Kota Amsterdam. Seluruh gerai yang bukan kebutuhan pokok dan kesehatan, harus tutup. Termasuk juga bar ini yang tutup sejak pertengahan Oktober.
Beban biaya pasif biaya operasional dan utang plus bunga sebagai modal terus menumpuk. Sementara, tidak ada pemasukan sama sekali. Ini membuat Steven Koudijs dan Tomas Adamer pusing.
"Harga sewa (tempat) sudah 5.500 euro per bulan. Kemudian kami juga memiliki pinjaman untuk pembelian senilai 200 ribu euro yang harus dilunasi dengan bunga 6 persen dalam lima tahun.
"Ini menghasilkan biaya tetap sebesar 10 ribu euro hingga 12 ribu euro per bulan. Kita tidak bisa begini lama-lama. Januari dan Februari akan menjadi perjuangan yang nyata dan setelah itu, sesuatu harus terjadi," katanya.
Untuk menerima bantuan keuangan yang disediakan bagi bisnis yang terdampak COVID-19, diperlukan data-data pendapatan bulan-bulan sebelumnya. Namun, data itu tidak bisa Koudijs berikan, sebab pengambilalihan dilakukan beberapa hari sebelum lockdown.
"Mungkin saya bisa menggunakan angka pemilik sebelumnya. Tetapi, dia sudah tidak ada di dalam negeri lagi," ungkap Koudijs.
Protes nyeleneh
Desember 2020 lalu, Koudijs dan Adamer memutuskan untuk melakukan kampanye penggalangan dana. Mereka menargetkan mampu memeroleh dana 60 ribu euro dan kampanye tersebut. Saat dana terkumpul hampil 15 ribu euro, mereka melakukan protes nyeleneh.
Tanpa bermaksud menghindari lockdown, mereka menutup logo lama Spijkerbar dengan logo IKEA. Koudjis mengatakan, itu sebagai protes sekaligus untun menciptakan kesadaran atas situasi sulit mereka.
"Saat kami memasang papan nama, hanya industri perhotelan yang ditutup. Toko-toko besar seperti IKEA buka, dengan banyak pelanggan tanpa jarak. Saya tidak setuju dengan pemiliknya, tetapi jika menurut Anda penguncian berfungsi, maka itu harus dilakukan. berlaku untuk semua orang," katanya.
"Alasan kedua adalah, bahwa pusat kota telah berubah karena terlalu banyak toko Nutella atau toko merek terkenal. Saya akan merasa tidak enak jika kita tidak dapat melindungi tempat-tempat gila, nyaman, dan spesial seperti Spijkerbar," imbuhnya.
Konsekuensi hukum yang mungkin timbul dari IKEA sepertinya tidak membuatnya khawatir lagi.
"Kamu tidak bisa mencabut bulu ayam yang sudah dipetik," katanya mengutip pepatah Belanda.
Pemerintah Kota Amsterdam memastikan semua bisnis yang tidak penting, harus ditutup selama penguncian. Supermarket mendapat pengecualian, tetapi harus mengajukan izin operasional yang berbeda.
"Semua toko yang tidak penting ditutup, begitu pula IKEA. Penggantian nama kafe tidak menjamin pembukaan di bawah perintah penguncian dari pemerintah. Satu-satunya kemungkinan untuk menghindari penutupan karena penguncian adalah mengubah bisnis menjadi bisnis baru," terang Juru Bicara Kota Amsterdam Eva Plijter.
"Selama Penguncian saat ini berarti bar atau restoran perlu menjadi toko yang menjual makanan, seperti supermarket. Dalam hal ini, mereka perlu mengajukan izin operasi yang berbeda. Tidak akan ada konsekuensi hukum dari Kota Amsterdam untuk Spijkerbar," tambahnya.
Baca juga:
Koudijs berharap bisa menyelamatkan Spijkerbar yang memiliki sejarah panjang, termasuk juga interaksi sosial dimana pelanggannya kebanyakan adalah penduduk lokal.
"Sejak 1978, bar ini telah menjadi simbol kebebasan. Di sini, pemilik perahu kanal, artis hingga pelacur berkumpul dan setiap orang memiliki kebebasan untuk menjadi apa yang mereka inginkan, tanpa takut dikucilkan, dihakimi, atau ditolak. Sekarang saya berharap kebebasan untuk melanjutkan tradisi ini," harapnya.