Kronologi WNI Disekap di Myanmar: Dijaga Orang Bersenjata
YOGYAKARTA - Rosa menceritakan kronologi saudara perempuannya, warga negara Indonesia( WNI) yang diprediksi jadi korban perdagangan manusia diselundupkan ke Myanmar. Lantas, seperti apakah kronologi WNI disekap di Myanmar?
Sebelumnya pernah viral akun Instagram@bebaskankami mengunggah beberapa orang yang diprediksi WNI memohon tolong dibebaskan dari sekapan di Myawaddy Myanmar.
Kronologi WNI Disekap di Myanmar
Akun itu menuliskan kalau WNI itu mungkin bakal dijual ke Cina serta industri lain di Asia Tenggara.
Rosa yang enggan mengatakan nama lengkapnya kepada wartawan, saudara perempuannya yang bernama Novi turut jadi korban perdagangan orang di Myanmar bersama WNI yang lain.
Beliau mengatakan saudaranya itu berterus terang memperoleh lowongan kerja ke luar negara dari orang yang beliau tahu. Tetapi, Rosa berkata hingga saat ini tidak mengenali identitas orang itu.
"Dia menginformasikan bahwa ada lowongan kerja di Thailand, dengan gaji US$800 sampai US$1.500. Jam kerjanya 12 jam dari jam 20.00 sampai 15.00. Fasilitas yang didapatkan itu tempat tinggal, makan, tiket pesawat, visa kerja, pokoknya yang perlu disiapkan hanya visa kerja aja," kata Rosa.
"Dari situ, rekomendasi dari orang itu, dikasih nomer agennya. Diarahkan ke agennya yang ada di Indonesia. Novi bersama dengan teman yang namanya Mayang itu berdua menghubungi agen ini untuk melamar di loker ini. Agen ini yang melakukan interview," ungkapnya lagi.
Rosa setelah itu menceritakan Novi serta temannya itu sempat melangsungkan wawancara kerja termasuk beberapa tes.
"Tes bahasa Inggris. Jarak dari mereka diterima sampai keberangkatan itu hanya tiga hari. Jadi selesai wawancara itu, oh iya diterima, ini dibelikan ya tiketnya, tiga hari kemudian itu langsung berangkat," Rosa.
Rosa meneruskan kronologi, Novi serta Mayang pergi dari Bandung pada 23 Oktober 2022.
"Sampai di Bekasi menginap dahulu di rumah agen ini satu malam. Di situlah diberi surat SPK, semacam surat pengantar kerja, ada nama CV-nya. Saya lupa CV apa. Sudah gitu juga dibilangin bahwa visanya itu pakainya Visa on Arrival. Kalau untuk kunjungan turis bebas visa kan Thailand. Jadi dibilangnya tak ada visa kerja. Nanti kalau sudah sampai di sana baru akan diurus visa kerjanya karena katanya supaya keberangkatannya lebih mudah dan lebih murah, menurut agen," kata Rosa.
Beliau memperkirakan saudaranya itu sangat percaya janji- janji yang dibilang agensi itu.
"Kemudian 24 Oktober 2022 mereka berangkat dari (Bandara) Soekarno-Hatta menuju Bangkok. Sampai di Bangkok mereka dijemput oleh orang dari perusahaan. Dari situ sebetulnya sudah ada hal-hal mencurigakan tapi mereka belum punya asumsi apa-apa. Jadi dijemputnya itu dengan mobil van, kacanya gelap, suasananya sudah berbeda," ungkap Rosa.
Pada tanggal itu Rosa berkata Novi masih dapat menghubunginya dari Bangkok. Novi pula sempat mengirim video perjalanannya dengan mobil van mengarah kota Mae Sot, dekat perbatasan Myanmar.
"Di Mae Sot itu mereka menginap satu malam lalu besok paginya mereka dibawa menggunakan sampan untuk menyeberangi sungai. Di sini sudah sangat-sangat mencurigakan karena ya walaupun mereka tak tahu pada saat itu bahwa sungai itu sebetulnya sudah jadi perbatasan antara Thailand dan Myanmar," Rosa membeberkan.
"Jadi mereka dibawa melintasi perbatasan dengan cara seperti diselundupkan. Menyeberangnya ini udah dijaga oleh sipil bersenjata."
Identitas banyak orang itu apakah dari Thailand ataupun Myanmar susah teridentifikasi sebab memakai baju biasa, bukan seragam tentara.
"Tapi kemungkinannya dari Myanmar daerah mereka itu daerah yang dikuasai oleh etnis Karen yang saat ini sedang jadi pemberontak untuk otoritas Myanmar. Tapi kami tak bisa pastikan apakah orang Thailand atau Myanmar karena kan tak pakai seragam tidak pakai apa apa. Seperti orang daerah aja," katanya lagi.
Sesampainya di Myanmar lewat sungai, Rosa mengungkapkan saudara serta WNI yang lain dipaksa tanda tangan kontrak bertuliskan Mandarin.
Bila menyangkal, Rosa berkata para WNI itu wajib melunasi kompensasi dengan jumlah yang baginya tidak masuk akal yakni US$20 ribu.
nyatanya Novi justru dipekerjakan buat melakukan penipuan dengan cara daring ataupun online scamming dengan sasaran masyarakat Amerika Serikat serta Eropa. Mereka sering disiksa bila tidak dapat meraih sasaran penipuan.
Sebab tidak ingin membodohi serta tidak menghasilkan uang buat perusahaan, Novi juga jadi sasaran penganiayaan. Lambat laun, beliau apalagi tidak memperoleh pendapatan. Dampak terus membangkang, Novi diancam dijual ke industri lain.
"Maka Novi dan teman-temannya ini melakukan perlawanan dengan cara mogok kerja. Mulailah penyekapan itu sejak mereka mogok kerja ini," katanya.
Jadi setelah mengetahui kronologi WNI disekap di myanmar, simak berita menarik lainnya di VOI, saatnya merevolusi pemberitaan!