3 Negara ini Gunakan Teknologi Canggih untuk Antisipasi Banjir, Perlu Ditiru di Indonesia?
JAKARTA – Banjir melanda sebagian wilayah di Indonesia awal tahun ini, terbaru adalah wilayah di Kabupaten Pidie, Aceh. Agar banjir tidak jadi bencana tahunan, ada baiknya Indonesia mengikuti beberapa negara maju berikut ini dalam antisipasi banjir.
Banjir memang banyak memiliki faktor di antaranya karena infrastruktur perkotaan tidak dapat menampung kebutuhan drainase, kenaikan permukaan air laut, bendungan atau tanggul yang sudah tua, erosi daerah aliran sungai dan sebagainya.
Meskipun banjir adalah bencana yang tidak terduga, namun beberapa negara seperti Jepang, Inggris, dan Belanda sudah mengembangkan teknologi untuk mengendalikan banjir, sebagaimana VOI rangkum dari laman Thoughtco.
Aqua Drive di Jepang
Jepang adalah kumpulan pulau dengan sejarah banjir panjang. Kini para insinyur Negara Sakura telah mengembangkan sistem kanal dan kunci pintu air yang kompleks. Sistem tersebut dibangun setelah banjir besar pada tahun 1910.
Teknologi pintu air dirancang pada tahun 1924 oleh Akira Aoyama, seorang arsitek Jepang sebelumnya pernah bekerja membangun Terusan Panama. Motor "aqua-drive" secara otomatis akan menggerakkan pintu-pintu air di Jepang yang rawan banjir.
Tenaga dari aqua-drive berasal dari tekanan air yang menciptakan kekuatan untuk membuka dan menutup gerbang sesuai kebutuhan. Selain itu, motor hidrolik tidak membutuhkan listrik untuk bekerja.
Baca juga:
Oosterscheldekering di Belanda
Belanda adalah negara dengan 60 persen populasinya hidup di bawah permukaan laut. Pada tahun 1950 hingga 1997, Belanda membangun Delta Works, jaringan bendungan, pintu air, kunci, tanggul, dan penghalang gelombang badai yang canggih.
Proyek Deltaworks yang paling mengesankan adalah Oosterscheldekering yang merupakan bendungan dengan gerbang yang bisa digerakkan. Setelah proyek tersebut selesai pada tahun 1986, ketinggian pasang surut berkurang dari 3,40 meter menjadi 3,25 meter.
Palang Sungai Thames di Inggris
Para insinyur Inggris telah merancang penghalang banjir cangih yang dapat dipindahkan untuk mencegah banjir di sepanjang Sungai Thames. Penghalang tersebut terbuat dari baja berlubang yang dapat terbuka (ketika kapal lewat) dan dapat tertutup untuk menghentikan aliran air.
Cangkang berlapis baja di Sungai Thames berisi balok-balok ayun hidrolik yang dapat memutar lengan gerbang raksasa untuk membuka dan menutup aliran air. Palang tersebut dibangun antara tahun 1974 dan 1984 dan terbukti berhasil mencegah banjir lebih dari 100 kali.