Kasus Virus COVID-19 di Kapal Pesiar Diamond Princess dan Nasib 78 WNI di Dalamnya
JAKARTA - Jumlah orang yang terinfeksi virus korona di kapal pesiar Diamond Princess kian banyak. Kapal yang berlabuh di Yokohama, Jepang itu, ditumpangi ribuan orang dari mancanegara termasuk Indonesia.
Mengutip Nikkei Asian Review, sudah ada 175 orang yang positif terinfeksi virus COVID-19 di kapal yang ditumpangi 3.700 orang dan 1.100 awak kapal itu.
Dari ratusan orang yang terinfeksi, salah satunya adalah orang yang menjadi petugas karantina kesehatan yang dikirimkan Kementerian Kesehatan Jepang. Sejak pertama kali di karantina yakni 4 Februari, ia bekerja untuk mengumpulkan catatan medis soal suhu tubuh dari penumpang.
Dalam menjalankan pekerjannya, menurut kementerian setempat, petugas itu sudah mengikuti prosedur yang tepat. Ia sudah mengenakan masker dan sarung tangan, namun ia tidak memakai pelindung kacamata.
Untungnya, menurut kabar terbaru sejauh ini 78 WNI yang merupakan awak kapal dikabarkan dalam keadaan sehat menurut rilis resmi Kementerian Luar Negeri Indonesia. "Saat ini seluruhnya dalam keadaan sehat," tulis Kemlu lewat situs resminya.
Baca juga:
Untuk menjaga komunikasi, KBRI Tokyo telah membentuk WhatsApps group dengan para kru WNI dan memberikan bantuan logistik berupa vitamin. Kemlu bekerja sama dengan Kemenhub telah memanggil dua perusahaan manning agency yang memberangkatkan para kru WNI untuk memastikan pelindungan bagi mereka. Kemlu juga telah menghubungi keluarga para kru WNI untuk menginformasikan perkembangan terakhir.
Kekhawatiran awak kapal
Bila benar WNI itu terbebas dari infeksi corona, maka bisa dibilang mereka beruntung. Pasalnya para awak kapal itu punya risiko lebih besar terkena wabah. Menurut pemberitaan CNN, para awak itu tidak dikarantina dengan cara yang sama seperti para penumpang. Mereka harus terus bekerja untuk menjaga para tamu.
Kapal pesiar menjadi tempat penyebaran wabah virus corona terbesar di luar daratan China. Mereka yang sudah dikonfirmasi terinfesi virus sudah dibawa ke rumah sakit setempat, sementara penumpang dan awak kapal yang tersisa masih dikarantina. Karantina itu akan berakhir pada 19 Februari.
Namun karena karantina masih berlanjut, lebih dari 1.000 anggota awak tetap bekerja. Mereka tetap menyediakan dan berinteraksi dengan penumpang yang berpotensi terinfeksi dan merawat kapal. Dalam bekerja mereka tetap mengenakan seragam, masker dan sarung tangan.
Kendati demikian seperti diwartakan CNN, Wakil Menteri Kesehatan Jepang Gaku Hashimoto mengatakan bahwa mereka berusaha memperlakukan semua orang dengan setara.
"Kami juga tahu bahwa anggota kru tidak memiliki kamar pribadi seperti yang dimiliki penumpang, dan mereka masih harus bekerja dan membantu di kapal, jadi tidak semua sama. Namun, kami memberikan semua orang pedoman di kapal untuk pencegahan," kata Hashimoto.
Lewat pernyataan resmi pihak perusahaan Princess Cruises yang diunggah di situs mereka, menjelaskan semua anggota kru yang telah diperiksa kesehatannya oleh Kementerian Kesehatan Jepang, kemudian mereka memenuhi tugas mereka seperti biasanya. "Sementara ketika tidak bekerja, anggota kru diminta berada di kabin mereka," tulis pihak perusahaan.