Hari Raya Idulfitri Bisa Jadi Momentum Kebersamaan Guna Hadapi Politik Identitas pada Pemilu 2024

JAKARTA – Jelang Hari Raya Idulfitri 2023, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarno Putri akhirnya resmi menunjuk Ganjar Pranowo sebagai calon presiden pada Pemilu 2024.

"Pada jam 13.45, dengan mengucapkan bismillahirohmanirohim menetapkan saudara Ganjar Pranowo, sekarang adalah Gubernur Jawa Tengah sebagai kader dan petugas partai untuk ditingkatkan penugasannya sebagai calon presiden Republik Indonesia dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan," ucap Megawati dalam pengumumannya di Istana Batu Tulis, Bogor pada 21 April 2023.

Penunjukkan Ganjar dinilai sangat realistis. Terlebih, bila melihat elektablitasnya dalam satu tahun terakhir yang hampir selalu menempati posisi tiga besar di semua lembaga survey. Ganjar adalah sosok kuat untuk menyaingi Anies Baswedan yang sudah terlebih dahulu diusung sebagai calon presiden oleh Partai NasDem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera.

Di sisi lain, itu juga menjadi pertanda kecenderungan muncul konflik dan perpecahan terkait pilihan dan identitas semakin besar pada Pemilu 2024. Belum dicalonkan saja, aroma persaingan sudah kental terasa di media sosial.

Masing-masing simpatisan tak segan saling ‘menjatuhkan’. Lihat cuitan akun @DesyandiElvira atau akun @AqilahAisyaaah di Twitter yang menganggap Anies sebagai sumber kegaduhan. Serta, akun-akun lain pendukung Anies yang menganggap Ganjar hanya petugas partai.

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri bersama Ganjar Pranowo yang resmi diusung PDIP menjadi Capres pada Pemilu 2024 (Dokumentasi PDIP)

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf tak memungkiri memang bukan pekerjaan mudah untuk meniadakan politik identitas. Sebab, tradisi politik masyarakat Indonesia pada awalnya dibangun atas dasar identitas.

"Saya kira semua orang juga mengetahui dan kami sendiri dalam kepemimpinan NU menyadari bahwa di dalam lingkungan NU kecenderungan politik identitas masih cukup kuat, terutama karena semangat atau dalam istilah peyoratif bisa dikatakan syahwat politik NU ini masih sangat besar," ucapnya saat webinar 'Partisipasi Ormas dalam Pendidikan Pemilih Cerdas untuk Mewujudkan Pemilu Berkualitas 2024' pada 25 Januari lalu.

Hanya saja, jangan sampai dieksploitasi secara berlebihan. Para elite politik harus menyadari mengeksploitasi sentimen identitas sebagai senjata untuk memuaskan syahwat politik memiliki dampak sangat berbahaya dan jangka panjang.

Ada baiknya, semua fokus dalam upaya pendidikan politik masyarakat agar kalangan akar rumput dapat memilih calon pejabat berdasarkan pertimbangan rasional.

Salat Id di Masjid Istiqlal Jakarta pada 22 April 2023. (Antara/Lintang Budiyanti Prameswari)

"Ini menjadi pekerjaan rumah sekaligus tantangan berat bagi semua pihak, utamanya organisasi kemasyarakatan dan organisasi keagamaan," ucapnya.

Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muhammad Izzul Muslimin dalam kesempatan sama juga berharap pelaksanaan Pemilu 2024 bisa berjalan aman dan damai.

“Supaya hal-hal yang menjadi penyakit dari Pemilu ini bisa kita minimalisir. Syukur-syukur (politik identitas) bisa kita singkirkan dari Pemilu 2024 nanti," katanya seperti dilansir dari nuonline.

Momentum Idulfitri

Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo berpendapat sama. Pada momen hari raya Idulfitri, dia meminta semua pihak tetap menjaga rasa kebersamaan sehingga pesta demokrasi dapat menjadi wadah memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan.

“Mari jadikan hari raya Idulfitri sebagai momentum mewujudkan itu. Idulfitri adalah momentum kita menjalin persaudaraan sejati,” kata Benny dalam keterangannya kepada VOI pada 20 April lalu.

Memupuk persaudaraan, menurutnya, bisa dilakukan dengan berbagai tindakan sederhana yang sarat makna.  Seperti mendoakan, memberikan ucapan selamat, maupun saling berkunjung dan bersilaturahmi kepada saudara muslim yang saat ini merayakan Lebaran.

Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo mengajak seluruh masyarakat menjadikan Idulfitri sebagai momentum memupuk rasa kebersamaan. (Istimewa)

“Janganlah perbedaan pilihan menyebabkan kita sebagai bangsa tercerai berai. Para politisi jangan pula memanfaatkan politik  identitas sebagai kendaraan politik menuju kemenangan karena sesungguhnya harga yang dibayar akan lebih tinggi. Bangsa ini akan kehilangan persatuan dan kesatuan,” tuturnya.

Solidaritas dan persaudaraan antarumat beragama harus terus dijaga dan ditumbuhkan, sehingga tercipta kebersamaan yang muaranya adalah rasa saling memiliki dan menjaga satu sama lain

Selamat Hari Raya Idulfitri 1444 Hijriah. Mohon maaf lahir batin. Semoga Pemilu 2024 tidak membawa Indonesia menuju jurang perpecahan, melainkan dpaat membawa segenap rakyat Indonesia menuju kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik.